Pilkada Serentak 2020

PKS Abstain di Pilkada Solo, Ujang Komarudin: Jika Tak Bisa Usung Calon, Jangan Kampanyekan Golput

Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase foto Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo) dan Gibran Rakabuming Raka maju dalam Pilkada Solo 2020.

TRIBUNWOW.COM - Langkah PKS yang memilih abstain dalam Pilkada Solo 2020 menjadi sorotan.

Hal tersebut lantaran sebelumnya PKS gencar mengatakan bakal mencari calon untuk melawan Gibran Rakabuming Raka.

Namun, setelah tak mendapat calon, PKS akhirnya memilih melawan Gibran dengan cara golput, yang kemudian dikritik oleh pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta Ujang Komarudin.

Kembali Soroti Gibran di Pilkada Solo, Refly Harun: Indonesia Maju, Anak Maju Menantu Maju

Ia menilai sikap PKS kurang tepat bagi pendidikan politik masyarakat.

"Tak bagus mengkampanyekan Golput. Itu bukan merupakan pendidikan politik yang baik untuk rakyat," ujar Ujang, ketika dihubungi Tribunnews.com, Selasa (1/9/2020).

Ketika tak bisa mengusung calonnya sendiri, Ujang mengatakan akan lebih baik PKS melakukan perlawanan dengan mendukung lawan dari paslon Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakoso.

Hanya saja, persoalannya memang tidak simpel karena paslon Bagyo Wahyono dan FX Supardjo (Bajo) juga bukanlah bagian dari skenario PKS.

"Di Pilkada Solo, PKS memang gamang. Memajukan calon sendiri tak bisa dan mendukung Bajo juga tak mau. Jika tak bisa mengusung calon dalam Pilkada, jangan pula mengkampanyekan golput," kata Ujang.

Sebelumnya diberitakan, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPD PKS Solo, Sugeng Riyanto mengungkapkan, sikap abstain pada Pilkada Kota Solo merupakan bentuk perlawanan PKS terhadap dinamika politik di Kota Bengawan.

Dia menjelaskan, sikap abstain itu muncul bukan tanpa alasan dan telah melewati proses yang sangat panjang.

Mulai dari penjaringan para kader dan konstituen di tingkat DPD PKS Kota Solo kemudian diteruskan ke tingkat DPW Jateng hingga DPP Pusat.

"PKS sudah sejak awal mencium gelagat tentang akan bangkitnya politik dinasti di Solo," katanya saat dihubungi Tribunjateng.com, Sabtu (29/8/2020).

"Kedua juga secara vulgar dalam hal ini, kami menangkap ada pembelajaran politik tidak etis. Pada saat Presiden di Istana, memanggil Pak Purnomo."

"Apapun beliau itu presiden aktif, dan Pak Purnomo kandidat yang tersingkir (mendapatkan rekomendasi partai)."

Dituding Calon Settingan di Pilkada Solo 2020, Pasangan Bajo Buka Suara: Kan Harusnya Lucu Toh

Halaman
12