Najjar mengatakan dia mengetahui pada hari Rabu (5/8/2020) bahwa kementeriannya telah mengirim setidaknya 18 surat kepada hakim masalah mendesak Beirut sejak 2014, meminta barang tersebut untuk dibuang.
Namun ia menolak untuk menunjukkan dokumen tersebut dengan alasan masih digunakan dalam penyelidikan berkelanjutan atas penyebab ledakan.
• Kesaksian Sejumlah Korban Ledakan di Beirut Lebanon, Tiba-tiba Bersimbah Darah saat Sedang Memancing
• Cerita Dokter Rawat Korban Ledakan di Beirut Lebanon: Setiap Kami Melakukan Operasi, Semua Bekerja
Dugaan Terkait Penyebab Ledakan
Sebuah ledakan besar telah mengguncang ibukota Lebanon, Beirut, menyebabkan banyak korban, merusak gedung-gedung fasilitas publik, Selasa (4/8/2020).
Ledakan yang meratakan sebagian besar pelabuhan ibukota itu, terasa di seluruh kota saat awan jamur raksasa naik di atasnya.
Meski dugaan sementara penyebab ledakan tersebut lantaran dipicu amonium nitrat di sebuah gudang, namun isu terkait penyebab ledakan mulai berkembang di tengah masyarakat.
Hal itu ditambah dengan cetusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang menyebutkan bahwa ledakan tersebut diperkirakan berasal dari serangan militer.
Dilansir aljazeera.com, Rabu (5/8/2020), saksi mata mengatakan banyak yang terluka karena kaca dan puing-puing yang beterbangan akibat peristiwa ledakan tersebut.
Gelombang ledakan tersebut terasa hingga berkilo-kilo meter dan memecahkan kaca bangunan serta meruntuhkan balkon dan langit-langit.
Penyebab ledakan hingga saat ini masih dalam penyelidikan oleh pihak pemerintahan.
Namun diduga berkaitan dengan 2.700 ton amonium nitrat yang disita yang disimpan di gudang di pelabuhan selama enam tahun.
Ledakan ini terjadi pada saat Lebanon melewati krisis ekonomi dan keuangan terburuk dalam beberapa dekade sehingga dikhawatirkan akan memperparah kondisi negara.
Oleh sebab itu, Presiden Lebanon Michel Aoun segera turun tangan dan menyerukan pertemuan kabinet darurat pada hari Rabu.
Ia mengatakan keadaan darurat dua minggu harus diumumkan menyusul ledakan besar di Beirut yang menewaskan sedikitnya 78 orang dan melukai 4.000 lainnya.
Seperti yang dikutip TribunWow.com dari Time, Rabu (5/8/2020), ledakan itu terjadi di tengah ketegangan yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militer Hizbullah di perbatasan selatan Lebanon.