TRIBUNWOW.COM - Pemerintah Israel membantah pihaknya terlibat ledakan yang terjadi di Pelabuhan Beirut, Lebanon.
Diketahui ledakan terjadi di kota pesisir tersebut pada Selasa (4/8/2020) siang waktu setempat.
Dilansir TribunWow.com, kemudian muncul spekulasi penyebab ledakan yang menewaskan lebih dari 70 orang tersebut.
• Kesaksian Warga Lihat Ledakan di Beirut: Keadaan Mencekam, Kaca Apartemen Pecah dan Dinding Rusak
Diketahui hubungan diplomatik Israel dan Lebanon kerap mengalami konflik dan puncaknya terjadi pada perang 2006.
Dikutip dari surat kabar lokal The Times of Israel, ledakan terjadi setelah ketegangan terjadi antara Israel dan Lebanon.
Beberapa jam sebelum kejadian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan kemungkinan serangan dari kelompok teroris Iran.
Meskipun begitu, organisasi Politik dan Paramiliter di Lebanon Hezbollah membantah isu serangan Israel.
"Tidak ada bukti rumor terkait serangan Israel terhadap senjata milik Hezbollah di pelabuhan," kata seorang pemimpin Hezbollah.
Menteri Luar Negeri Israel Gabi Ashkenazi menyampaikan hal serupa.
Ia menilai pihak Israel tidak ada alasan untuk menyerang Lebanon.
• Bantah Donald Trump, Pakar Sebut Ledakan Beirut Lebanon Bukan karena Serangan Militer: Percikan Api
"Saya melihat tidak ada alasan untuk tidak percaya tentang laporan yang menyebutkan kejadian tersebut merupakan kecelakaan," tegas Gabi Ashkenazi.
Mantan Kepala Dewan Keamanan Nasional Israel Yaakov Amidror menduga serangan terjadi karena penyimpanan bahan amunisi milik pasukan Hezbollah sendiri.
"Kita harus melihat siapa yang dengan sangat tidak bertanggung jawab meletakkan benda semacam itu di pelabuhan sipil," kata Yaakov Amidror.
Dikutip dari surat kabar lokal Israel Naharnet, Pemerintah Israel kemudian menawarkan bantuan kepada Pemerintah Lebanon.
"Setelah ledakan yang terjadi di Beirut, Menteri Pertahanan Benny Gantz dan Menteri Luar Negeri Gabi Ashkenazi, mewakili Israel, menawarkan Pemerintah Lebanon melalui perantara internasional, bantuan medis dan kemanusiaan, selain bantuan darurat," kata Juru Bicara Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri.