Viral Medsos
Keseharian Gilang 'Fetish Kain Jarik' di Mata Pelapor, Mudah Berinteraksi dan Berteman
Pihak UNAIR menduga sifat Gilang menjadi faktor yang mempermudah pelaku berinteraksi dengan para calon korbannya.
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Setelah namanya viral di media sosial, G (Gilang) yang merupakan mahasiswa Universitas Airlangga tidak bisa lagi dikontak dan tak diketahui keberadaannya di mana.
Pria yang diduga menjadi pelaku di balik fetish kain jarik itu dikenal sebagai orang yang normal dan justru cenderung ramah dalam berinteraksi kepada orang-orang di sekitarnya.
Hal itu dinyatakan oleh Ketua tim help center Universitas Airlangga dr. Liestianingsih Dwi Dayanti berdasarkan laporan dari para pelapor seputar kasus fetish kain jarik.

• Terungkap Modus Lain Gilang Fetish Kain Jarik, Korban: Pas Melek Sudah Ditutup Selimut
Dikutip dari acara APA KABAR INDONESIA PAGI, Sabtu (1/8/2020), awalnya Dwi menceritakan upaya UNAIR melacak keberadaan G.
Dwi mengatakan hingga saat ini keberadaan G masih belum diketahui dan tak bisa dihubungi.
"Sampai hari ini masih belum bisa kontak karena hpnya dimatikan, jadi memang kami masih kesulitan untuk melacak yang bersangkutan," papar Dwi.
"Tapi kami berusaha terus ketika kontak dengan G ini."
Ia mengatakan untuk menindaklanjuti kasus fetish kain jarik, diperlukan keterangan dari pihak pelaku.
"Kami tidak bisa hanya dari pelapor," ujar Dwi.
"Kami berharap G untuk segera menghubungi kampus dan segera selesailah masalah ini."
• Korban Fetish Kain Jarik Akui Gilang Sudah Beraksi saat Masih Maba: Dulu Saya Anggap Kecelakaan
Keseharian Pelaku di Mata Pelapor
Berdasarkan keterangan dari para pelapor yang telah menghubunginya, Dwi mengatakan sifat G justru normal seperti mahasiswa pada umumnya, dan cenderung ramah.
"Kalau dari beberapa informasi sebenarnya G ini orangnya ramah, humble, begitu sih, mudah sekali berteman," kata Dwi.
"Jadi mudah sekali berinteraksi dengan orang lain, itu sih yang digambarkan para pelapor," tambahnya.
Dwi menduga sifat ramah G menyebabkan para pelapor membuka diri untuk berinteraksi dengan pelaku.
"Mungkin ini juga yang membuat para pelapor ini mau berinteraksi," terangnya.