Pilkada Serentak 2020

Jelaskan Regenerasi Politik yang Sehat, Refly Harun Sarankan Gibran Jadi Wakil Achmad Purnomo

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wawali Solo Achmad Purnomo (kanan), dan Gibran Rakabuming Raka (kiri). Refly Harun jelaskan proses regenerasi politik yang baik, sarankan Gibran jadi calon wakil wali kota di Pilkada Solo 2020 dan berpasangan dengan Achmad Purnomo.

Meski diakui tidak ada larangan dan tidak ada rasa merendahkan, namun dikatakannya secara etika sedikit tidak dibenarkan.

Terlebih menurut Refly Harun, untuk menjadi seorang pemimpin tentu tidak hanya mengandalkan kecerdasan melainkan dibutuhkan juga pengalaman, bahkan bisa dikatakan menjadi yang terpenting.

"Kalau dijadikan wakil, barangkali orang enggak akan ribut karena dalam rangka regenerasi politik," terang Refly Harun.

"Kalau ini enggak. Tidak pernah punya pengalaman dalam politik, lalu kemudian menjadi wali kota," ungkapnya.

"Bisa enggak? Ya bisa, tapi alangkah baiknya kalau yang memerintah orang yang punya track record, punya kemampuan, punya wibawa, dan selesai dengan dirinya," jelasnya menutup.

Simak videonya mulai menit ke- 13.25

Tak Permasalahkan Dinasti Politik: Kecuali Dibuat dengan Cara Curang

Sebelumnya, Refly Harun  mengaku tidak mempermasalahkan soal adanya dinasti politik di Pilkada Solo 2020.

Sempat Bilang ke Jokowi Siap Bantu Gibran, Achmad Purnomo Kini Pilih Rehat: Tanpa Saya Pasti Menang

Karena menurutnya adanya dinasti politik sah-sah saja dan tidak ada yang melarang.

Namun dikatakan Refly Harun ada pengecualiannya, yakni jika dilakukan dengan cara yang curang dan menggugurkan nilai-nilai demokrasi.

Dirinya menegaskan bahwa tentunya tidak bisa melarang kepada setiap warga negara yang ingin mencalonkan diri jika memang sudah memenuhi syarat.

Refly Harun lantas mencontohkan beberapa kecurangan dalam membentuk dinasti politik, mulai dari proses sebelum pemilihan umum maupun saat pemilihan umum.

"Yang jadi masalah adalah kalau politik dinasti tersebut dibuat dengan langkah yang curang. Yaitu kecurangan pemilu, baik di hulu maupun di hilir," ujar Refly Harun.

"Caranya adalah misal satu kalau pemilihan kepala daerah memborong semua partai politik agar tidak ada calon lain selain kerabatnya. Itu cara yang keliru, cara yang tidak demokrastis," tegasnya.

"Atau misalnya melakukan kecurangan yang jamak terjadi, mulai dari candidate buying, vote buying, mempengaruhi panitia penghitungan suara atau KPU di daerah karena mereka powerfull baik secara kekuasaan maupun ekonomi," jelasnya.

• Tak Hanya Gibran, Refly Harun Ungkit Bobby Nasution Terseret Isu Dinasti Politik: Harus dari Bawah

Halaman
123