"Jadi publik ingin melihat itu, ujiannya di situ."
Lebih lanjut, Rocky Gerung menyebut kondisi politik yang terjadi di Pilkada Solo 2020 menggambarkan bahwa proses demokrasi sedang tidak sehat.
Bahkan dirinya menyebut bukan lagi disebut sebagai oligarki, namun jika ada gambaran yang lebih tepat lagi adalah bapakkrasi.
Rocky Gerung mengartikannya sebagai kekuasaan dari seorang bapak.
"Sangat mungkin bahwa kita akan menemukan cara lain untuk menerangkan keadaan demokrasi kita hari ini," papar Rocky Gerung.
"Mungkin namanya bukan lagi oligarki, pasti bukan demokrasi, mungkin kita sebut sebagai bapakkrasi, kekuasaan bapak yang bisa mengatur, bahkan transaksi, tukar tambah," pungkasnya.
• Pilkada Solo Potensi Calon Tunggal, Refly Harun Singgung Makassar: Kalau Gibran Rasanya Tak Mungkin
Simak videonya mulai menit ke- 33.19
Rocky Gerung: Contoh Buruk Nepotisme
Pengamat Politik Rocky Gerung ikut memberikan komentar terkait ramainya Pilkada Solo 2020.
Alasan ramainya Pilkada Solo 2020 tidak lain karena majunya putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka yang diusung oleh PDI Perjuangan (PDIP).
Dilansir TribunWow.com, Rocky Gerung menggambarkan kondisi tersebut bagaikan anak dan busur panah.
Jokowi disebutnya sebagai busur panah, sedangkan Gibran sendiri sebagai anak panahnya.
Hal ini disampaikan dalam tayangan Youtube Rocky Gerung Official, Selasa (21/7/2020).
Namun menurut Rocky Gerung, anak panah yang dimaksudkan bisa menjadi anak panah kehidupan, tetapi juga bisa menjadi anak panah kekuasaan.
Dikatakannya hal itu tergantung bagaimana busur panah memfungsikannya.