Terkini Daerah

Rudy Kini Usung Gibran, Effendi Gazali Soroti Sebelumnya Dukung Calon Lain: 3 Minggu Lalu Masih

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo (kanan) dan bakal calon Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka (kiri). DPC PDIP Kota Solo mengusung Gibran Rakabuming Raka berpasangan dengan Teguh Prakosa.

TRIBUNWOW.COM - Pakar komunikasi Effendi Gazali menyoroti dinamika politik sebelum PDIP resmi mengusung Gibran Rakabuming Raka dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Solo 2020.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Apa Kabar Indonesia Malam di TvOne, Senin (20/7/2020).

Diketahui sebelumnya putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut diajukan berpasangan dengan Teguh Prakosa.

Pakar Komunikasi Politik, Effendi Gazali dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam 'tvOne', Senin (20/7/2020). (Youtube/Apa Kabar Indonesia tvOne)

Risma Dukung Gibran Rakabuming Jadi Calon Wali Kota Solo, Harap Mimpi Anak Jokowi Jadi Kenyataan

Gibran yang sebelumnya menyatakan enggan terjun dalam dunia politik kini setuju untuk diajukan sebagai bakal calon wali kota.

Sebelum mengajukan Gibran, DPP PDIP merekomendasikan Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo sejak jauh-jauh hari.

Sikap tersebut juga dinyatakan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo.

Pengamat komunikasi politik Effendi Gazali turut berkomentar tentang hal itu.

Awalnya ia menyinggung satu-satunya partai oposisi PKS yang kemungkinan tidak dapat mengajukan calon karena kekurangan kursi di DPR.

"Yang menarik adalah tiga panggung. Panggung pertama, dalam hal ini PKS agak terkecoh," singgung Effendi Gazali.

Ia kemudian mengungkit sikap PDIP dan Wali Kota FX Hadi Rudyatmo yang sebelumnya setuju dengan pencalonan Achmad Purnomo.

Namun sikap tersebut tiba-tiba berubah saat Gibran mengajukan diri.

"Panggung pertama ini adalah di Solo pada waktu itu, hampir sebagian besar, termasuk Bapak Wali Kota, seperti mendukung Pak Purnomo ini," ungkap Effendi.

"Sampai barangkali tiga minggu yang lalu masih mendukung itu, kita dengar," lanjutnya.

Effendi menduga isu tersebut turut didiskusikan Jokowi dengan jajarannya.

"Kemudian ada panggung kedua di Istana. Banyak yang bilang enggak boleh nih, didiskusikan di Istana," kata pengamat politik tersebut.

Halaman
1234