Menurut Indi, langkah Kementan ini justru membantu pemerintah segera menangani Covid-19.
"Tentang anggaran, kita tidak ada anggaran spesifik untuk riset ini. Justru kami menggunakan yang ada untuk membantu mengurangi paparan Covid-19 dengan kemampuan kami," jelasnya.
Indi menyebutkan program itu harus diluncurkan mengingat Kementan memiliki komoditas, bahan dasar eucalyptus, sumber daya manusia, dan Virus Corona itu sendiri.
"Kalau kami tidak melakukan apa-apa, apa kata dunia? Jadi inilah yang kita lakukan salah satunya," jelas Indi.
"Dengan anggaran terbatas, ini yang kita hasilkan sementara ini," paparnya.
Ia menyebutkan Kementan masih akan melakukan penelitian lebih lanjut tentang kalung antivirus Corona.
"Tentu akan kita lakukan lebih lanjut," tambah Indi.
• Kementan Luncurkan Kalung Antivirus, Dokter Paru Nilai Sia-siakan Anggaran: Obat yang Masih Jamu
Lihat videonya mulai menit 2:30
Tanggapan Epidemiolog
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Syahrizal Syarif mempertanyakan klaim Kementerian Pertanian (Kementan) tentang inovasi antivirus Corona.
• Kementan Luncurkan Kalung Antivirus, Dokter Paru Nilai Sia-siakan Anggaran: Obat yang Masih Jamu
Dilansir TribunWow.com, Syahrizal kemudian menanggapi inovasi tersebut saat dihubungi dalam tayangan Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Minggu (5/7/2020).
Menurut Syahrizal, minyak eucalyptus belum dapat dinyatakan sebagai obat Virus Corona.
"Ini kategorinya adalah jamu," jelas Syahrizal Syarif.