Terkini Daerah

Kronologi Bayi 4,5 Bulan Berstatus PDP Meninggal Dunia di Ruang Isolasi, Begini Komentar Dokter

Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Ananda Putri Octaviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Virus Corona.

TRIBUNWOW.COM - Nasib malang menimpa bayi 4,5 bulan yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) di RSUD Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar).

Dilansir TribunWow.com dari kompas.com, Rabu (17/6/2020), bayi 4,5 bulan itu dinyatakan meninggal dunia karena mengalami pneumonia.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat, Harisson.

Penjelasan Dokter soal Berapa Lama Kekebalan Tubuh Dapat Bertahan dari Virus Corona: Butuh Booster

Ia menyebut bayi malang tersebut meninggal pada Rabu (17/6/2020) sekitar pukul 11.00 WIB.

“Menurut dokter spesialis anak yang merawat, bayi tersebut masuk rumah sakit Kamis (11/7/2020) malam," jelas Horisson.

"Dari hasil pemeriksaan klinis dan rontgen ditegakkan diagnosis pneumonia dan rapid test-nya nonreaktif.”

Berdasarkan hasil pemeriksaan, bayi tersebut lantas dinyatakan sebagai PDP.

Ia pun harus menjalani isolasi di RSUD Mempawah.

Namun, saat dilakukan rontgen ulang beberapa hari setelahnya, hasil masih menunjukkan bayi itu menderita pneumonia.

"Dokter menduga bahwa, di samping pneumonia, bayi ini juga menderita jantung, karena pada saat menangis anak ini bertambah sesak,” kata Horisson.

Kasus Baru Virus Corona di Indonesia Capai 1.000 per Hari, Pakar Epidemiologi: Belum di Puncak

Satu Keluarga Tenaga Medis Meninggal Berturut-turut Karena Corona, Bayi 1 Tahun Masih Berjuang Hidup

Lantas, ia menyebut sampel lendir bayi tersebut telah dikirim ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Barat.

Namun, belum keluar hasilnya, bayi malang itu meninggal dunia.

“Namun siang tadi pasien meninggal dunia. Swab pasien ini masih di RS Rubini di Mempawah, belum sempat diantarkan ke Dinkes Kalbar,” ungkap Harisson.

Terkait hal itu, Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Mempawah, Mukhtar Siagian mengaku belum mengetahui pasti bayi 4,5 bulan itu meninggal karena Virus Corona atau sebab lainnya.

“Yang nentukan PDP itu adalah tim dokter di RSUD Rubini Mempawah, ada dokter radiologi, dokter penyakit dalam dan lain-lain,” ucapnya.

Sementara itu, Mukhtar memastikan bahwa bayi PDP itu dimakamkan dengan menerapkan protokol kesehatan.

“Proses pemakaman berlangsung lancar selama satu jam. Tidak ada kendala. Selesai pemakaman, petugas gabungan kembali ke Mempawah,” tandasnya.

Prediksi soal Akhir Corona

Di sisi lain, sebelumnya Ilmuwan Statistik Universitas Kristen Petra (UK Petra) Indriati Njoto Bisono menjelaskan penelitian yang mengkaji berakhirnya pandemi Virus Corona (Covid-19) di Indonesia.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi di TvOne, Sabtu (13/6/2020).

Sebelumnya muncul prediksi dari ilmuwan Program Business Engineering UK Petra Surabaya yang menyebutkan pandemi akan berakhir pada September 2020.

Pakar Epidemiologi: Prediksi Epidemiologi untuk Indonesia Bisa Ada 3 Gelombang, Kalau Tak Hati-hati

Prediksi tersebut dilakukan berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan dan situasi pandemi seluruh dunia.

Indriati sebagai peneliti menjelaskan prediksi yang dibuat bersama rekannya tersebut.

"Kami melakukan penelitian ini sejak sebulan yang lalu," ungkap Indriati Njoto Bisono.

Ia menyebutkan awalnya penelitian tersebut merupakan proyek mata kuliah yang kemudian dikaji lebih lanjut.

"Pertamanya ini memang sebagai project untuk salah satu mata kuliah, tapi setelah itu kami merasa project ini bisa diseriusin," papar Indri.

"Jadi kami berdua sebagai dosen terlibat secara serius. Kami juga ingin memberikan sedikit pencerahan kepada masyarakat," lanjutnya.

Indriati menyadari hasil penelitiannya dapat menuai sorotan publik.

Seperti diketahui, kurva pertumbuhan kasus baru di Indonesia masih terus menanjak.

"Tapi memang benar bahwa membuat sebuah statement tentu saja membuat konsekuensi yang besar," kata Indriati.

Ilmuwan tersebut mengaku juga sempat khawatir akan menerima hujatan.

Indriati kemudian menjelaskan konsep penelitian yang dilakukan bersama rekan dosennya itu.

Viral Sejumlah Pasien Corona Ngamuk hingga Bakar Tenda Perawatan, Gugus Tugas Dikira Main Belakang

Ia menyebutkan penelitiannya masih berupa prediksi dan hasilnya dapat berubah seiring data yang masuk.

"Yang kami lakukan adalah yang disebut predictive-monitoring. Artinya prediksinya akan berubah setiap saat kalau data baru masuk," jelasnya.

"Jadi setiap kali data itu akan bertambah terus. Data yang bertambah itu akan mengubah parameter dari prediksi kami," papar Indri.

Meskipun masih berupa prediksi, Indriati menyebutkan penelitiannya dapat berguna untuk publik.

"Namun seluruh Indonesia pasti bertanya, apa gunanya predictive-monitoring seperti itu kalau harus memprediksi?" tuturnya.

"Dengan monitoring pun kita punya lead, kapan ini akan berakhir," jelas Indri.

Berdasarkan data yang masuk selama sebulan terakhir, Indri menilai prediksi yang dibuat dalam kajiannya mulai menunjukkan hasil yang stabil.

"Saya sudah melihat data ini setiap hari dari sebulan yang lalu. Saya bisa merasakan bahwa, meskipun ini predictive-monitoring, ada data yang masuk saja bisa mengubah prediksinya," kata Indri.

"Kemudian kalau data itu sudah lebih stabil, maka prediksinya itu tidak akan berubah lebih jauh," jelasnya. (TribunWow.com)