Sementara itu, menurut salah satu peternak unggas di Blitar, Aris Wahyudi, saat marak telur infertil dirinya memilih untuk menurunkan populasi ayamnya. Tujuannya, agar menekan angka kerugian.
Menurut Aris, biasanya dia beternak 15 ribu ekor ayam, namun kini hanya sekitar 9 ribu ekor ayam saja. Strategi itu dijalankannya sekuat tenaga mengingat banyak peternak lain yang harus setop usaha.
Aris mempertimbangkan akan menambah kembali populasi jika harga telur terus membaik.
"Mudah-mudahan tidak ada telur infertil lagi," kata Aris melalui perpesanan instan.
• Curhatan Pria Pasrah Ikan Arwana Rp 2 Juta Miliknya Digoreng sang Ayah: Bapak Sudah Malas
Dasar aduan
Sebelum mengirim surat ke Jokowi, Sukarman sebetulnya telah mengirim surat ke empat kementerian, yaitu Kementerian Sosial, Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Pertanian, serta Kementerian Keuangan. Surat tertanggal 30 April 2020 itu juga dikirimkan ke Satgas Pangan Mabes Polri.
Saat itu Sukarman mengusulkan agar komoditas telur dimasukan dalam item bantuan sosial Covid-19.
Sayangnya, setelah seminggu tak ada respons dari Satgas Pangan Mabes Polri.
Menurut Sukarman, dasar aduan itu mengacu pada Surat Edaran Dirjen PKH Kementerian Pertanian Nomor 2804/PK.420/F/04/2017 perihal pelarangan peredaran telur bertunas (HE) dan telur infertil ke pasar tradisional serta larangan memperdagangkan telur infertil untuk konsumsi dalam Permentan Nomor 32 Tahun 2017.
(Kompas.com/M Agus Fauzul Hakim)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Peternak Mengadu Soal Telur Infertil ke Presiden Jokowi: Saya Beranikan Diri"