Virus Corona

Marak Jenazah Covid-19 Diambil Paksa Keluarga, Imam Prasodjo Soroti Warga Tak Percaya Corona

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Keluarga pasien dalam pengawasan (PDP) di RS Pancaran Kasih, Manado mengamuk dan menjemput paksa jenazah pada Senin (1/6/2020) sore.

TRIBUNWOW.COM - Sosiolog Imam Prasodjo mengungkapkan dugaannya terhadap penyebab maraknya peristiwa pengambilan paksa jenazah yang diduga terinfeksi Virus Corona (Covid-19).

Seperti diketahui, beberapa peristiwa pengambilan paksa jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) atau pasien positif terjadi di sejumlah daerah.

Tidak hanya itu, terdapat beberapa peristiwa keluarga yang menolak jenazah dimakamkan dengan protap penanganan Covid-19.

Sosiolog Imam Prasodjo membahas maraknya pengambilan paksa jenazah Covid-19 oleh keluarga, dalam Kompas Siang, Rabu (10/6/2020). (Capture YouTube Kompas TV)

Ratusan Pengemudi Ojol Nekat Makamkan Rekannya yang Berstatus PDP, Ternyata Jenazah Positif Corona

Dilansir TribunWow.com, Imam Prasodjo menjelaskan kemungkinan penyebab hal itu dapat terjadi.

Awalnya, ia menyoroti adanya kesenjangan pengetahuan masyarakat.

"Saya melihat di sini ada pergulatan," kata Imam Prasodjo, dalam tayangan Kompas TV, Rabu (10/6/2020).

"Pertama adalah public knowledge, pengetahuan yang dipahami masyarakat dari mana pun itu sumbernya," jelasnya.

Imam menyinggung adanya tradisi masyarakat yang mengharuskan untuk memperlakukan jenazah dengan tata cara tertentu.

Ia menyebutkan tradisi keagamaan atau adat ini dapat bertentangan dengan fakta ilmiah tentang cara penularan Covid-19.

"Ada juga mungkin kendala karena ada protokol atau kebiasaan keagamaan misalnya tentang bagaimana memperlakukan jenazah," kata Imam.

"Di satu sisi ada scientific knowledge, pengetahuan berdasarkan ilmu pengetahuan, sains. Misalnya dengan Covid ini yang punya daya tular dan bahaya yang berbeda dengan penyakit lain," jelasnya.

Ia menyebutkan perbedaan pengetahuan tersebut sebagai kesenjangan.

"Nah, ini ada gap. Ada kesenjangan sehingga terjadilah itu, pergulatan," ungkapnya.

Viral Pasien Tumor Disebut Covid-19, Keluarga Curiga RS Jual Organ Jenazah: Ini Mayat Bukan Kucing

Imam lalu menduga protokol penanganan jenazah Covid-19 dapat terasa merepotkan bagi masyarakat yang tidak paham.

Selain itu, ia menduga ada ketidakpercayaan masyarakat terhadap bahaya Virus Corona.

"Yang satu tidak percaya, atau bahkan menganggap kalau sudah dinyatakan ada Covid-nya itu akan merepotkan sekali keluarga," kata Imam.

"Pada saat yang sama, bisa jadi mereka tidak memahami persis tentang dampak seandainya pasien yang terinfeksi Covid ini dilakukan pemakamannya secara biasa," lanjutnya.

Ia menambahkan perlu ada sosialisasi tentang potensi penularan virus dari jenazah yang terinfeksi Covid-19.

"Ini ada yang perlu dilakukan supaya gap-nya tidak terjadi," ungkap Imam.

"Public trust juga bisa jadi bagian dari masalah," tambahnya.

Imam menyebutkan tanggung jawab sosialisasi itu tidak perlu sepenuhnya dibebankan kepada rumah sakit.

"Rumah sakit bisa jadi belum efektif untuk menjelaskan kepada pasiennya," terang Imam.

"Oleh karena itu, materi tentang pembelajaran atau pemahaman kepada pasien itu perlu dibuat. Jangan dibiarkan masing-masing perawat atau dokter menjelaskan secara sendiri-sendiri," tegasnya.

Viral Warga Bawa Kabur Jenazah PDP Corona, Polisi Ungkap Fakta Terbaru: Tak Ada Hubungan Keluarga

Lihat videonya mulai menit 2:30

Keluarga Nekat Dobrak RS Ambil Paksa Jenazah PDP

Keluarga pasien dalam pengawasan (PDP) Virus Corona (Covid-19) mengambil paksa jenazah pasien tersebut dari Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado, Sulawesi Utara, Senin (1/6/2020).

Dilansir TribunWow.com, keluarga dan warga setempat mendobrak masuk ruang jenazah rumah sakit tersebut.

Mereka nekat mengambil paksa jenazah PDP untuk dapat disemayamkan di rumah keluarganya. 

• Di Rumah Sakit yang Sama, Terjadi Lagi Keluarga Pasien PDP di Manado Tolak Protap Pemakaman Covid-19

Mereka juga menolak jenazah PDP itu dimakamkan dengan protokol kesehatan.

Personel polisi kemudian berupaya membubarkan paksa massa yang membuat kericuhan di depan rumah sakit.

Menurut keterangan istri almarhum, Wati Wahid, mulanya terdapat kebingungan lantaran pasien tersebut sebelumnya sempat dinyatakan nonreaktif.

Wati Wahid, istri almarhum PDP Corona, geram dan mengambil paksa jenazah suaminya dari RS Pancaran Kasih, Manado, Senin (1/6/2020). (Capture YouTube iNews)

Namun pasien tersebut diminta agar dipindah ke ruang isolasi dan menjalani karantina 14 hari.

"Kita tidak mau," kata Wati Wahid dengan nada tinggi, seperti yang tampak dalam tayangan iNews, Selasa (2/6/2020).

Sebelumnya ia juga menolak suaminya dipindah di ruang isolasi.

"Kita sudah rapid, hasil negatif. Kenapa ditaruh di atas (ruang isolasi)?" tanya Wati.

Wati Wahid dan anggota keluarga lainnya kemudian nekat membawa pulang jenazah tersebut.

"Kita mau bawa pulang, itu tim penjemput sudah ada di rumah sakit," lanjutnya masih dengan raut wajah geram.

Meskipun begitu, pada Senin (1/6/2020) malam pihak rumah sakit mengumumkan pasien tersebut sempat mengalami gejala pneumonia dan tidak sadarkan diri sehingga memenuhi syarat untuk dimakamkan sesuai protokol kesehatan.

Direktur RS Pancaran Kasih Frangky Kambey menjelaskan proses pemeriksaan yang sebelumnya dilakukan terhadap pasien.

"Untuk menentukan pasien ini Covid-19, dia harus melakukan pemeriksaan PCR dan harus positif," papar Frangky Kambey.

"Dalam hal ini, pasien ini kita diagnosa sebagai PDP Covid-19," lanjut dia. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)