Virus Corona

Sebut New Normal Membingungkan, Pandu Riono: Waktu Itu Kita Bicara dengan Pak Anies

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan pakar Epidemiologi Pandu Riono, dalam acara Mata Najwa, Rabu (10/6/2020).

TRIBUNWOW.COM - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menilai penggunaan istilah new normal dapat menjadi rancu.

Menurut dia, penggunaan kata 'normal' membuat masyarakat jadi tidak waspada dengan risiko terpapar Virus Corona (Covid-19).

Seperti diketahui, new normal disebut sebagai tahap baru setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Pakar Epidemiologi Pandu Riono menyebut istilah 'new normal' membingungkan, dalam acara Mata Najwa, Rabu (10/6/2020). (Capture YouTube Najwa Shihab)

Minta Jangan Salah Sangka Sekolah Dibuka, Anies Baswedan: Kita Semua Juga Orang Tua, Punya Anak

Dilansir TribunWow.com, Pandu Riono membahas hal itu saat dihubungi dalam tayangan Mata Najwa di kanal YouTube Najwa Shihab, Rabu (10/6/2020).

Awalnya, Pandu Riono menjelaskan banyak orang yang masih belum memahami bahaya terpapar Virus Corona.

Menurut dia, faktor pendidikan dan latar belakang masyarakat yang berbeda membuat informasi tentang Virus Corona kurang dapat tersampaikan.

Maka dari itu, Pandu menyarankan pemerintah lebih banyak mensosialisasikan new normal.

"Dari beberapa survei ternyata memang persepsi risiko masyarakat itu masih rendah," jawab Pandu Riono.

"Jadi masih bervariasi dari beberapa tingkat pendidikan. Di beberapa wilayah menunjukkan bahwa kita harus lebih intensif mengedukasi masyarakat," jelasnya.

Pandu juga menyarankan agar istilah tersebut diganti dengan yang lebih mudah dipahami.

"Harus masif dan harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat," papar Pandu.

Klarifikasi soal Terjadinya Lonjakan Kasus Corona di Jakarta, Anies Baswedan: 2x Lipat Pengujian

Menurut Pandu, penggunaan kata 'normal' membuat masyarakat mengira kondisi sudah kembali seperti semula.

Padahal dalam penerapan new normal cara hidup akan menjadi berbeda.

"Pengertian new normal saja mereka bingung. 'Oh, sudah normal, ya?'," ungkap pakar Epidemiologi ini.

"Jadi kata new-nya itu enggak didengar. Dia beranggapan sudah normal," jelasnya.

Halaman
123