Virus Corona

Sesalkan Sikap Jokowi Tinjau Mal Jelang New Normal, Pandu Riono: Seharusnya Layanan Kesehatan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pakar epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono pada acara SAPA INDONESIA PAGI, Senin (1/5/2020). Pandu menyatakan bahwa Indonesia belum siap memasuki era new normal.

Dany menjelaskan, pemerintah belajar soal penerapan New Normal dari negara-negara tetangga, seperti India hingga Korea Selatan.

"Seperti ke dalam sebuah keadaan New Normal yang terjadi di negara Korea Selatan, di India, kita belajar."

"Kita belajar dari pelonggaran-pelonggaran atau pembukaan-pembukaan sektor-sektor strategis yang ada di Korea Selatan umpamanya, yang ada di India," jelas Dany.

Pemerintah belajar dari Korea Selatan dan India terkiat bagaimana negara tersebut sebelumnya melakukan jaga jarak berskala besar maupun karantina wilayah hingga kemudian menerapkan New Normal.

"Yang telah menetapkan lockdown kemudian dibuka, di Korea juga seperti PSBB kemudian dibuka, kita belajar."

"Kita belajar apa yang sudah dilakukan negara lain lalu kita ambil di mana miss yang terjadi lalu kita belajar supaya tidak terjadi," jelasnya.

• Mal Masih Buka, Khofifah Sindir Kewenangan Pemkot Surabaya: Setahu Saya Memang Tidak Pernah Tutup

Dany mengatakan, pihaknya akan belajar soal pembukaan transportasi umum.

"Termasuk di dalam hal pembukaan transportasi publik yang dilakukan secara kehatian-hatian memperhatikan zoning keluar masuk dan jaga konsistensi," kata dia.

Menurutnya kesuksesan New Normal karena tiga hal.

Pertama adalah pengawasan yang ketat dan kedua adalah kesadaran manusia itu sendiri.

"Jadi dalam keadaan New Normal kuncinya dalam hal pemenangan di dalam New Normal ini adalah, satu, bagaimana ada konsistensi dari pelaksanaan protokol kesehatan dan sub-sub protokol yang ada."

"Kedua, disiplin diri dari manusianya karena ujung-ujungnya pada kesadaran diri."

"Kesadaran insan yang masuk di dalam ekosistem new normal tersebut," terang Dany.

Sementara yang ketiga, jelasnya, adalah komunikasi publik yang mudah dimengerti.

"Dan yang ketiga adalah komunikasi publik dengan narasa yang aplicable, yang mudah dimengerti, dan senantiasa digaungkan terus agar mengikuti konsistensi dari protokol kesehatan sebagai sistem dan juga alur-alur yang sudah ditetapkan," papar Dany.

(TribunWow/Elfan Nugroho/Mariah Gipty)