"Jelas (pemecatan tenaga medis) berdampak pada penanganan (pasien), tapi kalau mereka juga tidak mau menangani juga tidak ada maknanya," tutur Yusri.
• 109 Tenaga Medis di RSUD Ogan Ilir Dipecat, Bupati Ogan Ilir: Diberhentikan dengan Tidak Hormat
Ia kemudian menyanggah tudingan petugas medis yang menyebut minimnya alat pelindung diri (APD) di RSUD Ogan Ilir.
Pasalnya, persediaan APD di Sumatera Selatan saat ini masih lebih dari cukup.
Bahkan ia mengatakan pihak rumah sakit dapat mengajukan permintaan penyediaan APD jika memang kekurangan.
"Kalau ada yang demo dengan alasan tidak ada APD, kami tidak yakin.Kami yakin mentalnya yang tidak mau melakukan pelayanan saja," ungkap Yusri.
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur RSUD Ogan Ilir Roretta Arta Guna Riama yang membantah tudingan para tenaga medis yang melakukan mogok kerja tersebut.
Roretta juga mengatakan bahwa apa yang menjadi tuntutan tenaga medis terkait rumah singgah dan insentif tambahan untuk yang menangani pasien Covid-19 sudah disediakan.
Menurutnya, tuntutan para tenaga medis tersebut mengada-ada, tak lain hanya karena ketakutan akan adanya pasien terinfeksi Virus Corona.
Roretta mengungkapkan pada saat mengetahui ada pasien positif Covid-19 di rumah sakit tersebut, para tenaga medis itu lari ketakutan.
“Mereka lari ketakutan saat melihat ada pasien yang positif Covid-19," ungkap Roretta.
“Tidak ada tenaga dokter, mereka para tenaga medis seperti perawat dan sopir ambulans, mereka itu takut menangani pasien positif Covid-19, itu saja, bukan karena soal lain,” jelasnya.
(TribunWow/Elfan Nugroho/Noviana)