Virus Corona

Merasa Tidak Adil, Sudjiwo Tedjo Ungkap Kemarahan Lihat Kerumunan di Bandara dan McDonald's Sarinah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sujiwo Tejo saat di Indonesia Lawyers Club pada Selasa (5/5/2020). Dirinya mengaku marah besar setelah melihat banyaknya masyarakat yang melakukan kerumunan di tengah pandemi Virus Corona dan juga pen

Budayawan Sudjiwo Tedjo mendukung penuh kebijakan yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan terkait larangan tegas untuk tidak mudik.

Anies Baswedan sebelumnya meminta seluruh warga Jakarta untuk menunda mudik di tengah pandemi Virus Corona.

Dilansir TribunWow.com, Sudjiwo Tedjo mengakui bahwa mudik memang sudah menjadi budaya yang melekat pada masyarakat Indonesia.

Meski begitu, Sudjiwo Tedjo menyebut bahwa apa yang disebut sebagai budaya masih bisa untuk diubah.

Dengan begitu, artinya budaya mudik yang selalu dilakukan menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran juga bisa diubah.

• Di ILC, Ali Ngabalin Jawab soal Pemerintah Disebut Tak Konsisten Hadapi Corona: Dunia Kalang Kabut

Pekerja seni itu juga mengaku telah mengubah budaya mudiknya untuk tidak pulang ke kampung halamannya di Jember dengan tetap bertahan di Tangerang.

Hal ini disampaikan Sudjiwo Tedjo dalam acara Indonesia Lawyers Club, Selasa (19/5/2020).

"Saya enggak setuju, yang enggak bisa diubah itu alam, kalau budaya itu (bisa)," ujar Sudjiwo Tedjo.

"Termasuk kebiasaan pulang, saya setuju kata Pak Anies tadi, apa salahnya kita sekarang tidak pulang dulu," jelasnya.

Namun menurut Sudjiwo Tedjo, masyarakat akan dapat mengubah budaya jika memang mempunyai kesadaran dari dirinya pribadi masing-masing.

Ketika tidak disadari maka jelas mereka akan tetap melakukan berbagai upaya untuk tetap melaksanakan budayanya atau kebiasaannya.

"Kalau pulang itu menjadi adat, saya yakin adat bisa diubah, asal disadari," terang Sudjiwo Tedjo.

"Bagaimana kita mengubah kebiasaan, kalau kebiasaan itu tidak disadari, imbuhnya.

• Tegaskan Tak akan Longgarkan PSBB, Anies Baswedan Imbau Pemerintah Introspeksi Diri: Harus Konsisten

Lebih lanjut, penulis buku Tuhan Maha Asyik itu mencontohkan dengan kebiasaan sehari-hari.

Dirinya mengatakan baru berhasil mengubah cara mengosok gigi yang benar pada usia sekitar 50 tahunan.

Halaman
123