TRIBUNWOW.COM - Pakar Kesehatan Masyarakat, Hasbullah Thabrany menduga adanya kompromi di balik wacana pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Dilansir TribunWow.com, Hasbullah menyebut satu di antara bentuk kompromi tersebut yakni diperbolehkannya warga di bawah 45 tahun tetap bekerja di tengah pandemi Virus Corona.
Menurut Hasbullah, kebijakan itu diambil berdasarkan data yang menunjukkan pasien di bawah 45 tahun rendah risiko kematian akibat terserang Virus Corona.
• Mall dan Pasar kembali Ramai, Tokoh Masyarakat di Bekasi Pertanyakan Status PSBB: Omong Kosong
• Pemerintah Lakukan Kajian Relaksasi PSBB, Menteri Bappenas: Bukan Pelonggaran, tapi Pengurangan
Hal itu disampaikan Hasbullah melalui kanal YouTube Talk Show tvOne, Senin (18/5/2020).
"Sebagai contoh saya menilai misalnya pernyataan yang berusia di bawah 45 tahun boleh bekerja itu hasil kompromi yang melihat risiko kematian," ucap Hasbullah.
Karena data tersebut, pemerintah disebutnya akhirnya berani mengambil risiko mengizinkan warga di bawah 45 tahun untuk bekerja.
Misalkan nanti akhirnya terserang, yang terpenting bagi pemerintah adalah asalkan warganya tak meninggal dunia akibat Virus Corona.
"Ternyata yang di atas 45 tahun itu menimbulkan risiko yang jauh lebih tinggi kurang lebih empat kali lipat dari yang di bawah," terang Hasbullah.
"Jadi kemudian komprominya 'Ya kalau begitu biar deh sakit juga asal enggak mati'."
Lebih lanjut, Hasbulllah menjelaskan 98 persen korban Virus Corona berasal dari warga yang berusia di atas 45 tahun.
• Langgar Aturan PSBB, 15 Restoran dan 1 Hotel di Jakarta Kena Sanksi Denda, Ini Daftarnya
Hanya sebagian kecil warga di bawah 45 tahun yang terinfeksi virus asal Wuhan, China itu.
"Toh kalau di dunia sekarang sudah 98 persen penderita Virus Corona ini tergolong ringan," jelas Hasbullah.
"Hanya 2 persen yang serius, di Indonesia lebih tinggi."
Hasbullah mengatakan, terdapat kompromi di balik sejumlah kebijakan yang diambil pemerintah.
Tak hanya soal izin bekerja, pemerintah juga disebutnya memiliki maksud tersendiri hingga bewacana melonggarkan PSBB.
"Jadi pikirannya seperti itu, 'Kalau sakit aja biarin deh asal jangan sampai mati'," ungkap Hasbullah.
"Maka beginilah yang terjadi dalam perkembangannya. Yang terjadi selama ini ya begitu memang ada kompromi."
Ia menyebut ada faktor ekonomi dan kesehatan yang menjadi pertimbangan pemerintah hingga muncul wacana pelonggaran PSBB.
Meskipun begitu, Hasbullah tetap mewanti-wanti pemerintah jika benar akan mengizinkan warga di bawah 45 tahun bekerja saat pandemi.
"Sebetulnya kebijakan PSBB itu juga adalah kompromi antara kepentingan kesehatan dan kepentingan ekonomi."
"Tapi saya mewanti-wanti, di lapangan sulit mengontrol mana yang 45 tahun ke atas, mana 45 tahun ke bawah," tandasnya.
• Tanggapi Rencana Pelonggaran PSBB pada 1 Juni, IDI Tekankan Indikatornya dari Segi Kesehatan
Simak video berikut ini menit ke-2.50:
Mal dan Pasar Ramai saat Pandemi
Di sisi lain, sebelumnya aktivitas masyarakat kembali meningkat menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran,
Dilanisir TribunWow.com, pusat-pusat perbelanjaan, seperti mall, swalayan maupun pasar tradisional mendadak menjadi ramai dan penuh.
Seperti yang terjadi di Sentra Grosir Cikarang, Kabupaten Bekasi, di mana para pengunjung berdesak-desakan untuk membeli kebutuhan jelang Lebaran.
Mereka seakan-akan tidak peduli terkait penyebaran Virus Corona dengan mengabaikan physical distancing.
• Teriak-teriak Bubarkan Pedagang di Pasar Anyar, Bima Arya: Kita Solidaritas sama Tenaga Kesehatan
Kondisi tersebut tentunya melanggar penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang berlaku di Kabupaten Bekasi yang juga berlaku berskala provinsi se-Jawa Barat.
Menanggapi situasi yang terjadi di pusat perbelanjaan tersebut, salah seorang Tokoh Masyarakat, Damin Sada terlihat sangat geram.
Damin Sada kemudian menyoroti keras berjalannya PSBB di Kabupaten Bekasi.
Menurutnya, penerapan PSBB tidak banyak memberikan dampak pada aktivitas masyarakat.
Hal ini disampaikan Damin Sada dalam acara Kabar Utama yang tayang di kanal Youtube tvOneNews, Senin (18/5/2020).
"Inilah suasana PSBB di Kabupaten Bekasi, jadi sama saja bohong," ujar Damin Sada dengan nada tinggi.
"Enggak ada PSBB di Bekasi, buktinya ini, ribuan motor parkir di jalanan karena dalam mall sudah penuh," jelasnya.
"Kalau ada 2 ribu motor berati dikali dua sudah 4 ribu yang bergerumul di sini."
• Ungkap 3 Strategi Penanganan Corona di Jawa Barat, Ridwan Kamil: Kita Hanya Punya Modal Sosial
Tidak hanya itu, Damin Sada juga tidak percaya dengan keberhasilan PSBB, khususnya di Bekasi.
Bahkan dirinya meminta PSBB untuk dihentikan, karena kondisinya tidak ada yang berbeda dengan tanpa PSBB.
"Jadi di mana PSBB Kabupaten Bekasi? Omong kosong itu," ungkapnya.
"Mendingan udah hentikan saja jangan ada PSBB, enggak usah ada bantuan-bantuan, biasa saja udah, percuma juga PSBB ribuan orang di sini berkumpul," pungkasnya. (TribunWow.com)