Zubairi menerangkan pengalamannya sendiri selama PSBB.
Ia menyebutkan selama ini tidak pernah diperiksa atau dihalangi petugas saat keluar rumah.
"Saya mulai dari awal wabah sampai hari ini kalau ke rumah sakit dari arah Tebet ke RS Cipto Mangunkusumo di daerah Kramat, itu belum pernah dihentikan untuk ditanya ada urusan apa pergi keluar rumah," papar Zubairi.
"Kenyataannya di jalan masih banyak sekali mobil dan di pasar masih banyak orang," tambah dia.
Ia meminta hal tersebut menjadi perhatian agar segera didisplinkan.
Zubairi kemudian menyinggung penutupan gerai McDonald's Sarinah yang menimbulkan keramaian.
Diketahui gerai tersebut adalah yang pertama di Indonesia, sehingga banyak warga Jakarta yang merasa kehilangan.
Mereka kemudian berkumpul pada hari terakhir penutupan McDonald's Sarinah untuk bernostalgia.
• Soroti PSBB di DKI Jakarta, Ahli Epidemiologi Singgung Anies Baswedan: Gubernurnya juga Euforia
"Kemudian kita baru dengar masalah penutupan McDonald's di Sarinah yang ternyata jadi banyak sekali orang dan tidak bisa segera dibubarkan," papar Zubairi.
Menurut Zubairi, PSBB sudah mulai dapat dilonggarkan saat puncak kurva pandemi dilewati.
"Jadi monggo saja dikendorkan kalau peak (puncak) sudah kita lewati," kata Zubairi.
Ia menyebutkan ada beberapa kriteria yang dapat menjadi penilaian kurva pertumbuhan kasus sudah mulai melandai.
"Artinya peningkatan jumlah status yang positif sudah mulai berkurang dan kurvanya melandai, dan angka kematian turun drastis," jelas dia.
Zubairi berpendapat saat ini Indonesia bahkan belum mencapai puncak kasus.
"Kalau mengenai kenaikan jumlah status agak sulit dinilai, karena para ahli sudah mempunyai lebih dari 90 ribu kasus," ungkap dia.
"Sekarang yang terdeteksi belum ada 20 ribu," jelas Zubairi.
• Moeldoko Ungkap Maksud Jokowi Minta Hati-hati Longgarkan PSBB: Itu Bukan untuk Publik
Lihat videonya mulai menit 6:00
(TribunWow.com/Mariah Gipty/Brigitta Winasis)