Virus Corona

Kurang Setuju Anggapan Refly Pemerintah Konspirasi, Din Syamsuddin: Gejala dan Gelagat Bisa Dibaca

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua PP Muhammadiyah 2005-2015 Professor Din Syamsuddin mengaku kurang setuju dengan anggapan dari Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun terkait konspirasi pemerintah terkait penanganan Corona.

TRIBUNWOW.COM - Ketua PP Muhammadiyah 2005-2015 Professor Din Syamsuddin mengaku kurang setuju dengan anggapan dari Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun.

Dilansir TribunWow.com, Refly Harun beranggapan bahwa pemerintah memakai teori konspirasi dalam setiap pembentukan kebijakan terkait penanganan Virus Corona.

Din Syamsuddin mengatakan apa yang dilakukan oleh pemerintah bukan lagi sebagai konspirasi, karena menurutnya semua gelagatnya sudah bisa terbaca.

Din Syamsuddin mengungkap pembicaraan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Channel YouTube Refly Harun)

Harun Masiku Dikabarkan Meninggal karena Diduga Ditembak Mati, MAKI: Paling Gampang Ya Ditembak Mati

Din Syamsuddin Ungkap Sejumlah Masalah Pemerintah Jokowi, Ungkit Pilpres hingga Mafia Merajalela

Jadi menurutnya, pemerintah memang mempunyai tujuan lain dari pembentukan setiap kebijakan, termasuk yang terkait kasus Virus Corona.

Namun hal tersebut dirasa sudah diketahui oleh publik, bukan lagi menjadi suatu yang diperdebatan.

"Saya kira bukan konsiprasi ya, tetapi itu gejala dan gelagat yang bisa dibaca," ujar Din Syamsuddin.

"Karena kita sudah tau sebelumnya betapa kuatnya oligarki," jelasnya.

Din Syamsuddin menyadari bahwa sejak awal pemerintah sudah tidak beres dalam menangani Covid-19.

Dirinya menduga pemerintah mempunyai kepentingan lain yang lebih pribadi, khususnya berkaitan dengan ekonomi.

"Kemudian terdapat juga kleptokrasi, yang ini sebenarnya bukan terakhir ini, sejak awal," kata Din Syamsuddin.

"Jadi kalau pemerintah seperti itu, saya dapat mengatakan dengan penuh istilah hukumnya patut diduga, kan ada vested interest terutama yang bersifat ekonomi dan bisnis," tegasnya.

Refly Harun Ungkap Sosok Pemimpin yang Dibutuhkan Masa Sekarang, Kharismatis atau Administratif?

Lebih lanjut, Din Syamsuddin mengaku terluka hatinya menyaksikan adanya perlakukan dari pemerintah yang tidak adil kepada masyarakat Indonesia.

Karena di satu sisi, pemerintah justru membiarkan para tenaga asing berdatangan ke Indonesia.

Padahal hal itu sangat berisiko terkait adanya penyebaran Virus Corona.

Sedangkan masyarakat Indonesia dipaksa untuk melakukan physical distancing dengan cara tetap berada di rumah.

Halaman
12