TRIBUNWOW.COM - Tindakan kriminal pencurian kendaraan bermotor (curanmor) marak terjadi pada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Pasalnya kebijakan yang bertujuan menekan penyebaran Virus Corona tersebut membuat kondisi ekonomi masyarakat terdampak.
Dilansir TribunWow.com, dua orang pelaku curanmor di Pademangan, Jakarta berhasil ditangkap saat melakukan tindak kriminal tersebut pada Minggu (12/4/2020).
• Viral Video Detik-detik Pencuri Sepeda Motor, Bawa Kabur Vario namun Tinggalkan Motor Lama
Keduanya kemudian menyerahkan hasil curian mereka kepada seorang penadah di Pelabuhan Merak, Banten.
Seorang pelaku diketahui adalah seorang residivis, yakni pernah ditangkap sebelumnya atas tindak kejahatan.
Awalnya, seorang penadah berinisial H mengungkapkan upayanya menjual kembali motor yang telah dicuri.
H sebagai penadah mengaku tidak ikut melakukan aksi pencurian motor yang dilakukan di sebuah rumah tersebut.
"Tergantung, kalau mereka ngantar malam ini, paginya langsung kita berangkat nyeberang ke Lampung," ungkap pelaku berinisial H, dalam Gelar Perkara di Kompas TV, Senin (4/5/2020).
Menurut dia, kebanyakan motor hasil curian dijual di Lampung.
"Kita enggak ada link juga di Jawa, kita bawa ke seberang. Selisih harga Rp 1 juta lumayan," kata H.
Ia kemudian mengungkapkan hasil yang didapat dari menjadi penadah curanmor.
H menyebutkan dirinya juga terdampak PSBB dan kehilangan penghasilan.
• Viral di FB, Aksi Curanmor di Surabaya Gagal, Alarm Motor Bunyi saat Pelaku Rusak Lubang Kunci
"Untuk keperluan sehari-hari karena sekarang perusahaan pada tutup. Saya sebagai satpam, kebanyakan perusahaan karena Virus Corona ini tutup," ungkap H.
"Jadi cari sampingan, lah," tambah penadah tersebut.
Komplotan tersebut juga membawa senjata api dan kunci letter T dalam melakukan aksinya.
Untuk diketahui, dalam penangkapan polisi menembak seorang pelaku lain berinisial ABE.
Ia disebut mencoba mengacungkan senjata apinya kepada polisi.
ABE kemudian tewas dalam perjalanan ke rumah sakit.
"Kalau senjata api itu (yang bawa) si almarhum. Kalau letter T itu kadang saya, kadang si almarhum," jelas pelaku berinisial S.
"Kami kadang bawa bareng-bareng," lanjutnya.
Meskipun selalu dibawa sebagai bekal aksi kejahatan, S mengaku belum pernah menggunakan senjata api tersebut.
"Kalau ditembak belum pernah, dikeluarin belum," jelas S.
Meskipun begitu, ia menyebutkan tidak segan akan menggunakan senjata tersebut dalam keadaan sulit.
"Mungkin kalau pas kayak dikepung, mungkin iya (nembak)," ungkap S.
• Siswi SMK di Sidoarjo Sudah Sebulan Hilang, Muncul Desas-desus Jadi Korban Curanmor dan Dibunuh
Lihat videonya mulai menit 4:30
Meningkatnya Kriminalitas
Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahardiansyah menyoroti banyaknya angka kriminalitas yang terjadi di masa pandemi Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, Trubus Rahardiansyah menilai, kondisi ekonomi warga menjadi satu di antara penyebabnya.
Menutur dia, tidak meratanya penyaluran bantuan sosial (bansos) juga menyebabkan warga nekat berbuat kriminal untuk menyambung hidup selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berlangsung.
Hal itu disampaikannya melalui tayangan YouTube Kompas TV, Rabu (29/4/2020).
• Kritik WNA Keluar-Masuk RI di Tengah Corona, MUI: Kita Sedang Berjuang Memutus Rantai Penularan
Meningkatnya angka kriminalitas beberapa waktu terakhir menurutnya menjadi wujud ketidakadilan pemerintah dalam pemberian bansos.
"Menurut saya yang harus disiapkan adalah mengenai kepastian adanya bansos itu sampai tepat sasaran kepada pihak yang membutuhkan," jelas Trubus.
"Karena ini kalau nanti tidak sampai, atau dalam bahasanya itu tidak ada keadilan, nanti muncul kriminalitas."
Lantas, ia pun menyinggung peluang terjadinya kurusuhan selama PSBB jika kebutuhan pokok warga tak dipenuhi.
Menurut Trubus, banyak warga yang mengalami frustrasi akibat angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terus meningkat.
"Karena selama ini kita misalnya sejak PSBB di Jabodetabek dan sekitarnya kan sudah meningkat tajam," jelas Trubus.
"Nah ini jangan sampai nanti meningkat ke kerusuhan kan. Karena kebanyakan orang-orang yang di-PHK itu juga mengalami frustrasi agresif."
• Sungai Terkotor di Dunia Jadi Jernih sampai Airnya Bisa Diminum karena Lockdwon saat Pandemi Corona
Lebih lanjut, Trubus juga menyoroti banyaknya warga yang melukai diri sendiri bahkan sampai bunuh diri selama PSBB berlangsung.
"Ini kan juga menimbulkan kriminalitas, kemudian juga ada hal-hal yang terkait dengan ada yang melukai diri sendiri," terang Trubus.
"Kayak di Jakarta Barat ada yang bunuh diri."
Karena itu, menurut Trubus bansos harus disampaikan secara merata dan tepat sasaran.
Ia mengatakan, hingga kini banyak warga terdampak Virus Corona yang belum mendapatkan bansos tersebut.
"Ini kan satu hal yang perlu diantisipasi supaya bansos-bansos yang selama ini banyak yang menerima, banyak juga yang belum menerima, ini menjadi hal yang perlu diperhatikan," imbuhnya.
Melanjutkan penjelasannya, Trubus lantas mengevaluasi jalannya PSBB di wilayah Jabodetabek dan sekitarnya.
Secara gamblang, ia menyebut PSBB belum berjalan efektif.
"Menurut saya evaluasi yang paling pokok adalah bagaimana penegakan hukum ini menjadi prioritas."
"Karena tanpa itu PSBB yang berjalan selama ini kan kurang efektif, di mana kemudian publik itu mobilitasnya masih tinggi," tukasnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis/Jayanti)