Virus Corona

Saat Pemudik Lebih Takut Hantu Dibanding Corona, Najwa Shihab: Pendekatan Kearifan Lokal

Penulis: anung aulia malik
Editor: Ananda Putri Octaviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menceritakan bagaimana dirinya menggunakan rumah angker, dan hantu untuk tindak pemudik nakal, Rabu (29/4/2020).

TRIBUNWOW.COM - Belakangan ini sempat heboh sebuah tempat karantina pemudik ngeyel yang disebut-sebut sebagai rumah angker.

Lokasi rumah yang disebut angker itu berlokasi di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen Jawa Tengah.

Sang pencetus ide Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan rumah kosong itu sengaja ia gunakan untuk memberikan efek jera kepada pemudik yang tak disiplin saat karantina di rumah.

Rumah "Angker" di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, yang digunakan untuk mengkarantina warga yang melanggar aturan isolasi mandiri, Jumat (24/4/2020). (kanal YouTube KompasTV)

Curhat Guru di Mata Najwa, Mau Mudik karena Corona Sekaligus Takut: Sudah Dapat Label Pembawa Virus

Dikutip dari YouTube Najwa Shihab, Kamis (30/4/2020), awalnya Yuni bercerita bagaimana ide rumah angker bisa tercipta.

Kala itu ia sedang memeriksa sebuah posko yang berada di Desa Sepat.

Di sana Yuni mendiskusikan dengan para petugas yang bersangkutan tentang bagaimana cara menangani pemudik yang tidak bisa disiplin saat karantina di rumah.

"Waktu saya mengecek posko di Desa Sepat, ada salah satu petugas posko bertanya kepada saya," ucap Yuni.

"'Ibu, kalau ada pemudik kami yang tidak komitmen sebelum 14 hari sudah keluar rumah untuk urusan apapun'," katanya menirukan masukan dari seorang petugas di posko.

Yuni mengatakan apabila ada kasus seperti itu agar petugas memberikan teguran, dan meminta agar durasi karantina orang yang melanggar diulang dari awal.

"Saya sampaikan 'Temui kemudian sampaikan berikan teguran, kalau hari ini Anda keluar lagi berarti karantinanya mulai dari hari pertama lagi'," jelas Yuni.

Ia mengatakan ide penggunaan rumah kosong juga telah disiapkan bagi pemudik yang memang masih tidak bisa disiplin.

"Kemudian kalau dia masih tidak komitmen lagi, baru saya tanyakan 'Ada rumah kosong enggak di sini? Ada ibu yang bisa ditempati'," ucap Yuni.

"Ide itu muncul, kemudian saya sampaikan 'Oke kita lihat, bersihkan. Kalau ada pemudik yang ngeyel lagi masukkan aja di sini'," sambungnya.

Yuni mengatakan saat itu ada pemudik yang tidak bisa disiplin karantina di rumah.

"Dan ternyata ada orang yang bandel, yang tidak komitmen," terang Yuni.

Najwa lalu bertanya apakah cara ditempatkan di rumah angker ampuh membuat kapok para pemudik yang membandel tersebut.

Yuni mengiyakan, ia menjelaskan orang-orang yang bersangkutan kapok saat ditempatkan di sana.

"Memang harus dibuat kapok, orang Indonesia itu takut sama hantu," jawabnya sembari tertawa.

"Jadi ini hanya kita ambil efek jeranya mereka, supaya mereka bisa memaklumi dan disiplin terhadap komitmen ini," terang Yuni.

"Karena untuk kesehatan bersama, mereka pulang kampung jangan sampai membawa penyakit dibawa pulang ke kampung."

"Dan saya meminta teman-teman juga di desa untuk aktif, akhirnya karena banyak orang yang ngeyel ini harus kita berikan punishment," lanjut Yuni.

Yuni mengatakan tiga orang yang ditempatkan di rumah kosong tersebut hanya bisa bertahan tiga hari.

Selanjutnya mereka langsung berjanji akan menuruti apa pun langkah yang dianjurkan oleh pemerintah.

"Jadi bentuk sanksi penghukuman punishment yang menggunakan pendekatan kearifan lokal ya Bu bupati," balas Najwa sambil tertawa.

Agus Pambagio Sebut Orang Indonesia Jarang Taat, Najwa Shihab: Lebih Takut Hantu daripada Virus

Simak video berikut ini menit ke-6.55:

Kesaksian Pemudik yang Diisolasi di Rumah Angker

Di sisi lain, sebelumnya pemudik yang 'bandel' hingga diisolasi di Rumah Angker di Sragen, Heri Susanto mengungkap kesaksiannya.

Hal itu diungkapkan Heri Susanto saat menjadi narasumber di acara Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, Rabu (22/4/2020).

Heri Susanto akhirnya ditempatkan ke rumah angker tersebut setelah sempat keluar membeli mainan anaknya.

Padahal, dia seharusnya menjalani isolasi mandiri selama 14 hari setelah mudik dari Lampung.

"Ya kronologi waktu itu saya pulang kampung dari Lampung kan terus anak saya nangis minta dibeliin mainan tenda-tendaan itu."

"Terus saya antar ke Sragen (kota) beli ke toko mainan, sampai situ kan ada Satgas Covid-19 itu datang ke rumah saya," ujar Heri.

Heri Susanto, seorang warga Sragen yang dikarantina mengaku jera setelah dikarantina di rumah "angker" Desa Sepat, Masaran, Sragen, Jumat (24/4/2020). (kanal YouTube KompasTV)

 

• Warga Terobos Pagar Besi dan Keluyuran saat Jam Malam PSBB, Ichwan Noor Usul: Biar Jadi Kota Mati

Heri menjelaskan dirinya sempat dicari oleh petugas Satgas Covid-19 setempat di rumahnya.

Namun karena dirinya tak ada di rumah, Satgas lantas ke menyusul Heri untuk menjemputnya pulang.

Sementara itu, kejadian tersebut terjadi pada hari keempat isolasi mandiri.

Selain itu, Heri menjelaskan bahwa setiap RT memiliki petugas Satgas untuk mengawasi para ODP.

"Ditanyai 'Kok enggak ada Mas Herinya' langsung dicari ke Sragen, di situ kan saya sudah pulang ketemu di Jalan Raya Nguwer Sragen, saya ditarik, saya dibawa pulang. Hari Minggu berarti sudah empat hari."

"Ya ada satu RT kan dikoordinasi, ini kan nanti dipantau satu-satu, ODP, pulangnya kan enggak sama, ada yang mantau," jelasnya.

• Jokowi Sampaikan Kabar Baik, Berdasarkan Penelitian di Amerika Virus Corona Rentan Cuaca Panas

Kemudian, Heri mengungkapkan nekat ke luar rumah karena tidak tahan melihat anaknya terus menangis minta diantar membeli mainan.

"Ya karena anak saya nangis terus jadi kasihan," sambungnya.

Saat disinggung soal rumah angker tersebut, Heri mengatakan dirinya baik-baik saja.

"Ya cerita orang-orang kan tempatnya angker, itu kan sudah enggak dipakai sekitar 10 tahunan."

"Tapi Alhamdulillah selama di sini ya baik-baik saja," ujar Heri.

"Enggak lihat ada penampakan gitu ya Pak?" tanya presenter.

"Ya InsyaAllah enggak. Tiga orang, iya semua pemudik," jawab Heri kemudian.

Heri mengatakan, selama di sana bersama dengan tiga pemudik lainnya, setiap pagi diperintahkan untuk berjemur dan melakukan olahraga ringan.

Meski demikian, rumah angker tersebut kini hanya dihuni oleh Heri, lantaran 2 pemudik lainnya menyerah.

Soal ketersediaan makanan, Heri mengaku tak pernah kekurangan.

"Ya kalau pagi itu jadwalnya harus berjemur, terus loncat-loncat jogging itu, paling itu pokoknya rutin, waktunya salat, salat."

"Alhamdulilah aman, lancar (kebutuhan logistik)," ungkapnya.

• Viral ODP Corona Bandel akan Dikarantina di Rumah Angker, Kades: Ada yang Diperlihatkan Penunggu

Lalu, Heri memberi pesan agar semua pemudik di Sragen khususnya untuk disiplin menerapkan isolasi mandiri.

Pasalnya, ketidaksiplinan bisa merugikan keluarga hingga warga lainnya.

"Kepala seluruh pemudik yang pulang kampung ke Desa Sepat saya mohon ikuti Peraturan Pemerintah."

"Karena apa kalau kita sekali melanggar, risikonya bisa ke keluarga kita, warga sekitar kita dan umumnya Warga Desa Sepat," ucapnya. (TribunWow.com)