Virus Corona
Tingkat Kematian Covid-19 di Belgia Tertinggi di Dunia meski Angka Total Jauh di Bawah AS, Mengapa?
Belgia mencatatkan diri sebagai negara yang memiliki angka kematian akibat Virus Corona tertinggi di dunia.
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Belgia mencatatkan diri sebagai negara yang memiliki angka kematian akibat Virus Corona tertinggi di dunia.
Angka ini dihitung berdasarkan per 100.000 penduduk negaranya.
Padahal, seperti diketahui, jumlah kematian karena Covid-19 di Belgia tidak sebanyak di Amerika Serikat atau Prancis.
• Untuk Pertama Kalinya, Jumlah Pasien Sembuh Covid-19 di Jakarta Lebih Banyak dari Pasien Meninggal
• Di ILC, Refly Harun Singgung Alasan Pemerintah Pilih PSBB Ketimbang Lockdown: Tidak Mampu
Diketahui, tanggal 27 April, Belgia melaporkan lebih dari 7.200 kematian akibat Covid-19.
Angka ini jauh dibandingkan dengan 55.000 kematian di Amerika Serikat atau 23.000 di Prancis.
Lantas, mengapa Belgia disebut catatkan angka kematian paling banyak di dunia?
Menurut Johns Hopkins University, sebanyak 62 pasien Covid-19 meninggal untuk setiap 100.000 penduduk di Belgia, negara dengan penduduk berjumlah sekitar 11 juta jiwa.
Bandingkan dengan AS, kematian terjadi pada 17 pasien untuk setiap 100.000 penduduk.
Angka kematian yang tinggi ini disebabkan perbedaan cara Belgia dalam melaporkan kematian yang disebabkan oleh Covid-19.
Belgia tidak hanya melaporkan kematian berdasarkan pasien yang sudah terkonfirmasi positif, tetapi juga seluruh kasus yang dicurigai terinfeksi Virus Corona, termasuk juga kematian pasien yang dirawat di rumah-rumah.
Metode ini berbeda dengan kebanyakan negara yang hanya menghitung kematian yang terjadi di rumah sakit.
• Pakar Gugus Tugas Ungkap Ketakutannya pada 2010 soal Penyakit Baru: Mereka Mencari Keseimbangan Baru
'Langkah mendesak'
Sekalipun banyak negara menghitung dengan cara berbeda, umumnya mereka serupa dalam menghitung kematian Covid-19, yaitu berdasarkan pasien yang sudah dites, dan dikonfirmasi positif Virus Corona.
Kementerian Kesehatan Spanyol misalnya, secara rutin hanya menghitung kematian akibat Virus Corona di rumah sakit.
Italia, menghitung pasien yang sudah dites dan hasilnya positif, dan tak memperhitungkan apakah penyebab kematian adalah Virus Corona atau penyakit lainnya.