Bagaimana perasaan Denna ketika masyarakat justru cenderung diskriminatif?
Kita berusaha, sama-sama mengerti.
Denna tetap berpuasa?
Semampu kami, kami tetap puasa. Tetap menjalankan ibadah kami yaitu berpuasa dan menjalankan salat 5 waktu.
Saat menghubungi keluarga?
Mungkin kami ketika sahur, setiap berbuka, setiap ada waktu lenggang untuk video call, untuk saling menyapa. Kekhawatiran menjadi makanan setiap hari bagi mereka ya.
Bagaimana Denna meyakinkan orang tua menjadi relawan medis?
Saya juga berjanji untuk menjaga diri, mengikuti protokol pencegahan penularan Covid-19 ini untuk yang terbaik, untuk bisa pulang ke rumah agar bisa bersama keluarga lagi.
Apa tidak takut tertular?
Sedikit parno, iya. Kita selalu yakin, kita akan mengikuti protokol dari dokter.
Sudah berapa kali menangani pasien positif Covid-19?
Sampai kemarin sudah ada 3750 masyarakat yang menjalankan Rapid Test. Yang terindikasi positif itu ada 28 orang.
Ada pasangan suami istri. Anaknya, dua-duanya panas, mungkin mereka. Setelah dites ibunya negatif, bapaknya positif. Di situ seperti perpisahan keluarga, anaknya langsung dirujuk, kami melihat kesedihan ketika sang suami harus mengikuti isolasi arahan dari dokter di bulan Ramadan.
Apa ada pesan kepada masyarakat yang mendiskriminasi tenaga medis penanganan Covid-19?
Kami mengerti apabila masyarakat parno atau khawatir.Kami meyakinkan bahwa kami keluar itu sudah benar-benar bersih dari Covid-19. Sebelum kami keluar dari sini sudah disemprot disinfektan, sudah dicek terlebih dahulu, sudah ganti baju, jadi sudah semuanya. Kami menggunakan APD, mengikuti prosedur. (tribun network/genik)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Cerita Denna, Relawan Covid-19 yang Dikucilkan Oleh Masyarakat Sekitarnya, Dilarang Pulang ke Rumah".