Virus Corona

Pengusaha Restoran Buka-bukaan soal Rugi karena Corona, Karni Ilyas: Kalau Penyakit Sudah Komplikasi

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengusaha Restoran Emil Arifin (kiri), dan Presiden ILC Karni Ilyas (kanan)

TRIBUNWOW.COM - Pengusaha restoran Emil Arifin menceritakan bagaimana bisnis kuliner kini semakin rugi saat pandemi Virus Corona (Covid-19).

Emil mengeluhkan mulai dari membayar gaji pegawai, pajak, hingga rental tempat di mall.

Mendengar curhatan Emil, Presiden Indonesia Lawyers Club (ILC) Karni Ilyas mengibaratkan kondisi bisnis restoran saat ini seperti sedang mengalami sakit komplikasi.

Suasana pertokoan yang tutup di Pasar Baru, Jakarta, Kamis (2/4/2020). Sejumlah pertokoan di Jakarta memilih untuk tutup guna mengantisipasi penyebaran virus corona atau COVID-19. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Susi Pudjiastuti Blak-blakan Cerita Kerugian Imbas Corona, Terancam Bangkrut, Rugi Rp 30 M per Bulan

Pada acara Indonesia Lawyers Club, Senin (21/4/2020), awalnya Emil menceritakan apa saja rintangan yang harus dihadapi oleh pengusaha restoran.

Mulai dari persewaan tempat di mall, dan keringanan service charge.

Emil mengatakan mustahil bagi mall untuk mengabulkan seluruh keringanan tersebut.

Sebab apabila ada 80 tempat sewa yang meminta keringanan serupa, mall akan merugi.

"Tewas juga," kata Emil.

Emil menjelaskan bahwa masalah saat ini harus diselesaikan sekaligus, tidak bisa hanya memikirkan satu sektor usaha hanya restoran saja, atau hanya mal saja.

"Ini satu mata rantai, harus komprehensif, tidak bisa hanya restoran saja, tapi malnya juga dipikirkan, bagaimana dengan bank," kata Emil.

Emil lalu mengusulkan tentang relaksasi pembayaran kredit dari bank.

"Tapi kalau bank terlalu relaks juga, banknya collapse (ambruk) juga," saut Karni Ilyas.

Emil menjelaskan kembali bahwa pemerintah harus bisa mencari solusi untuk seluruh masalah tersebut.

"Jadi ini satu mata rantai yang harus kita perhatikan secara komprehensif, enggak bisa cuman satu ini saja, itu aja, enggak bisa," kata Emil.

Ia bahkan mengatakan krisis saat pandemi Covid-19 lebih parah dibandingkan krisis tahun 1998.

"Dan ini dampaknya bagi kita sangat luar biasa," ujar Emil.

"Enggak pernah krisis yang menyebabkan restoran itu ambruk, baru kali ini."

"Tahun '98 kita enggak ambruk, kita terus jalan, bagus, cuman kali ini saja kita ambruk, semua," sambungnya.

"Sekarang ambruk gara-gara harus tutup (restoran) Pak," balas Karni Ilyas.

Karni Ilyas Jawab Curhatan Susi Pudjiastuti soal Bantuan Terdampak Corona: Bingung Juga Pemerintah

Layaknya Penyakit Komplikasi

Emil lanjut menjelaskan hanya untuk memberi promo pun pengusaha tetap harus membayar biaya.

"Jadi bagaimana kita mau survive, waktu itu mal sepi, kita terus kasih promo," katanya.

"Promo-promo di dalam mal kena pajak, jadi serba salah juga," imbuhnya.

Kini yang menjadi beban pikiran para pengusaha berdasarkan penjelasan Emil, adalah pembayaran THR, dan kewajiban kepada karyawan yang lain.

Untuk memenuhi kewajiban karyawan, Emil meminta adanya keringanan dari bank, pajak, retribusi, hingga penundaan BPJS untuk jangka waktu satu tahun.

Emil mengatakan apabila pandemi Covid-19 sudah selesai pada Juni, mungkin sudah ada restoran yang dapat kembali buka.

Namun akan ada banyak restoran yang kesulitan memperoleh kembali uang untuk memulai usaha mereka lagi.

"Kalau misalnya bulan Juni sudah selesai, mungkin ada yang bisa mulai (buka)," kata Emil.

"Begitu mulai kita perlu uang lagi, perlu uang dari mana kita mintanya, bank enggak mau kasih."

"Yang dulu saja belum bayar, gimana mau kasih lagi," lanjut Emil.

"Kalau penyakit sudah komplikasi Pak," tambah Karni Ilyas.

Karni Ilyas mengatakan keluhan Emil sebagai pengusaha tidak mungkin seluruhnya dapat dipenuhi oleh pemerintah.

Ia mengatakan pemerintah pun kini sedang dalam berada posisi yang sulit apakah harus menutup total atau lockdown, atau membiarkan buka namun dengan beberapa syarat.

"Mungkin tidak teratasi seluruhnya oleh pemerintah, tapi minimal jadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan ke depan, jadi tidak hanya melihat satu sisi," papar Karni Ilyas.

"Kalau perlu malah lockdown agar cepat mata rantainya putus, jadi yang kena tidak terlalu banyak."

"Jadi ya akibatnya begini tadi."

"Tapi kalau dilepas yang kena juga terlalu banyak, ini dilemma yang dihadapi pemerintah," pungkasnya.

Di ILC, Fuad Bawazier Blak-blakan Kritik Cara Pemerintah Atasi Corona: Jadi Bahan Olok-olok

Lihat videonya mulai menit ke-10:10:

(TribunWow.com/Anung)