Jepang kekurangan tempat tidur rumah sakit, dan peralatan yang cukup bagi tenaga medis.
Sebelumnya, siapa pun yang memiliki virus, baik dengan gejala ringan, dirawat di rumah sakit.
Hal itu justru membuat rumah sakit menjadi sesak dan kekurangan tenaga medis.
"Pengobatan darurat runtuh," ungkap asosiasi Jepang.
Asosiasi menambahkan, dengan menolak pasien, rumah sakit membebani pusat perawatan darurat dan jumlah terbatas.
"Kami tidak dapat lagi melakukan pengobatan darurat seperti biasa," kata dokter di Universitas Osaka, Takeshi Shimazu.
Kekurangan APD, masker, dan pelindung wajah meningkatkan resiko infeksi bagi para pekerja medis.
Kepala Asosiasi Medis Jepang mengatkan, hal tersebut membuat perawatan pada pasien Covid-19 menjadi semakin sulit.
• Hasil Laporan Sebut Kasus Kematian Pria akibat Virus Corona Lebih Tinggi, Ini Penyebabnya
• Bahas Data Pasien Corona di Indonesia, Epidemiologis Inggris Puji Langkah Jokowi: Masuk Akal
931 Ambulans Ditolak 5 Rumah Sakit, Berkeliling 20 Menit
Lebih jauh, pada Maret 2020 kemarin, ada 931 ambulans ditolak oleh lebih dari lima rumah sakit.
Bahkan, ambulans tersebut harus berkeliling 20 menit atau lebih untuk mencapai ruang gawat darurat.
Infeksi di sejumlah rumah sakit memaksa para pekerja medis untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.
Hal ini juga memperburuk keadaan karena kekurangan staf.
Sebagai catatan, kasus-kasus baru di Tokyo meningkat pada kahir Maret 2020.
Ada kekhawatiran wabah di Jepang bisa menjadi lebih buruk.
Karena Covid-19 perlu waktu untuk didiagnosis, pasien yang datang ke rumah sakit dapat secara tidak sengaja membahayakan orang lain.
Dikutip dari wolrdmeters, kasus infeksi di Jepang tercatat 10.797 pada Senin (20/4/2020) pukul 08.15 WIB.
Dengan 236 kematian tercatat, 1.159 sementara orang sembuh. (Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jepang Terancam Gelombang Infeksi Virus Corona, Ambulans Ditolak 80 Rumah Sakit