TRIBUNWOW.COM - Jepang tengah berjuang dengan lonjakan infeksi Virus Corona.
Rumah sakit di Jepang semakin kesulitan menangani pasien yang datang.
Sistem medis daruratnya mungkin saja bisa runtuh karena gelombang infeksi Virus Corona.
Mengutip Medical Xpress, di Tokyo, dalam satu kasus belum lama ini, sebuah ambulans membawa pria dengan demam dan kesulitan bernapas.
Pasien itu ditolak oleh 80 rumah sakit dan terpaksa harus mencari rumah sakit selama berjam-jam.
Pria dengan demam lainnya mencapai rumah sakit, setelah paramedis ditolak 40 klinik.
• Puncak Corona Diprediksi Terjadi Mei-Juli, Dokter Erlina Burhan: Belum Puncak Sudah Lelah Rasanya
• Kisah Pengantar Jenazah Corona Seberangi Sungai demi Penuhi Keinginan Pemakaman di Kampung Halaman
Lebih jauh, Asossiasi Jepang untuk Acute Medicine and the Japanese Society for Emergency Medicine, angkat bicara.
Asosiasi tersebut mengatakan, banyak ruang gawat darurat rumah sakit menolak untuk merawat orang, yang menderita stroke, serangan jantung dan cedera eksternal.
Awalnya seperti Dapat Mengendalikan Wabah
Pada awalnya, Jepang tampaknya mengendalikan wabah Virus Corona.
Pihak berwenang sebelumnya, mencari kelompok terinfensi ke tempat-tempat tertentu.
Biasanya, pada ruang tertutup seperti klub, gimnasium, dan tempat pertemuan.
Tetapi, penyebaran virus melalui pendekatan ini, dan kebanyakan kasus baru tidak dapat dilacak.
Wabah ini menyoroti kelemahan mendasar dalam perawatan medis di Jepang.
Padahal, Jepang telah lama dipuji karena sistem asuransi berkualitas tinggi dan biaya yang tidak masuk akal.
Para ahli menyalahkan ketidakmampuan pemerintah dan kekurangan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para pekerja medis.
Jepang kekurangan tempat tidur rumah sakit, dan peralatan yang cukup bagi tenaga medis.
Sebelumnya, siapa pun yang memiliki virus, baik dengan gejala ringan, dirawat di rumah sakit.
Hal itu justru membuat rumah sakit menjadi sesak dan kekurangan tenaga medis.
"Pengobatan darurat runtuh," ungkap asosiasi Jepang.
Asosiasi menambahkan, dengan menolak pasien, rumah sakit membebani pusat perawatan darurat dan jumlah terbatas.
"Kami tidak dapat lagi melakukan pengobatan darurat seperti biasa," kata dokter di Universitas Osaka, Takeshi Shimazu.
Kekurangan APD, masker, dan pelindung wajah meningkatkan resiko infeksi bagi para pekerja medis.
Kepala Asosiasi Medis Jepang mengatkan, hal tersebut membuat perawatan pada pasien Covid-19 menjadi semakin sulit.
• Hasil Laporan Sebut Kasus Kematian Pria akibat Virus Corona Lebih Tinggi, Ini Penyebabnya
• Bahas Data Pasien Corona di Indonesia, Epidemiologis Inggris Puji Langkah Jokowi: Masuk Akal
931 Ambulans Ditolak 5 Rumah Sakit, Berkeliling 20 Menit
Lebih jauh, pada Maret 2020 kemarin, ada 931 ambulans ditolak oleh lebih dari lima rumah sakit.
Bahkan, ambulans tersebut harus berkeliling 20 menit atau lebih untuk mencapai ruang gawat darurat.
Infeksi di sejumlah rumah sakit memaksa para pekerja medis untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.
Hal ini juga memperburuk keadaan karena kekurangan staf.
Sebagai catatan, kasus-kasus baru di Tokyo meningkat pada kahir Maret 2020.
Ada kekhawatiran wabah di Jepang bisa menjadi lebih buruk.
Karena Covid-19 perlu waktu untuk didiagnosis, pasien yang datang ke rumah sakit dapat secara tidak sengaja membahayakan orang lain.
Dikutip dari wolrdmeters, kasus infeksi di Jepang tercatat 10.797 pada Senin (20/4/2020) pukul 08.15 WIB.
Dengan 236 kematian tercatat, 1.159 sementara orang sembuh. (Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jepang Terancam Gelombang Infeksi Virus Corona, Ambulans Ditolak 80 Rumah Sakit