TRIBUNWOW.COM - Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng M Faqih menilai banyak masyarakat yang belum serius menaati aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Dilansir TribunWow.com, menurut Daeng hal itu terbukti dari padatnya lalu lintas di tengah aturan PSBB.
Terkait hal itu, Daeng pun menyinggung soal minimnya tes yang dilakukan pemerintah terhadap warga yang diduga terkena Virus Corona.
Melalui tayangan Official iNews, Minggu (19/4/2020), Daeng mulanya mengimbau masyarakat tak menganggap enteng soal wabah Virus Corona.
• 4 Oknum PNS Positif Narkoba yang Tertangkap saat Pesta Sabu Dibebaskan, Alasan Virus Corona
• UPDATE Virus Corona di Asia Tenggara Hari Ini Senin 20 April, Angka Kematian di Indonesia Tertinggi
Daeng mengungkapkan, padatnya lalu lintas menunjukkan masyarakat yang tak peduli pada PSBB.
"Sebenarnya masyarakat tidak boleh menganggap enteng penyakit ini," jelas Daeng.
"Ini PSBB diterapkan tapi kelihatannya masyarakat tidak terlalu perhatian, jalan-jalan masih penuh kemudian transportasi umum, kereta, busway itu masih berjubel."
Daeng pun menyinggung soal peningkatan jumlah korban Virus Corona di Indonesia.
Menurutnya, data yang disampaikan pemerintah sama sekali tak menggambarkan total korban Virus Corona.
"Masyarakat harus tahu bahwa sebenarnya tingkat peningkatan luar biasa tinggi," terangnya.
"Meskipun sekarang tingkat penemuan kasus yang positif maupun penemuan yang meninggal positif itu masih di angka 6 ribu dan yang mati di angka 500."
• Jokowi Minta PSBB di Tengah Pandemi Corona Dievaluasi Total: Kekurangannya Apa, Plus Minusnya
• Jokowi soal Tudingan Data Corona: Tidak Ada sejak Awal Kita Ingin Menutupi Masalah
Sehingga, Daeng mengimbau pemerintah segera mempercepat tes sebelum penyebaran Virus Corona semakin meluas.
Menurut dia, pemerintah juga harus sesegera mungkin memeriksa ratusan ribu orang dalam pemantauan (ODP).
"Itu belum menggambarkan keseluruhan, karena target yang harus diperiksa itu masih banyak, 178 ribu ODP itu harus diperiksa," ungkap Daeng.
"Dan itu harus dipercepat, saya khawatir kalau sudah dipercepat akan muncul angka yang lebih besar."
Lebih lanjut, Daeng menyebut banyak pasien dalam pengawasan (PDP) Virus Corona yang dinyatakan tewas.
Karena itu, ia menganggap data Virus Corona yang secara rutin disampaikan pemerintah itu tak bisa dijadikan patokan.
"Termasuk angka kematian juga akan muncul yang lebih besar karena kematian PDP yang belum terperiksa itu juga besar, menurut data BNPB di atas 1000," ucapnya.
"Saya tidak mengatakan angin surga ya, ini masih kapasitas kita melakukan pemeriksaan."
Simak video berikut ini menit ke-13.38:
PSBB Tak Bisa Putuskan Mata Rantai
Di sisi lain, sebelumnya Dewan Pakar IAKMI, Dokter Hermawan Saputra mengomentari kebijakan pemerintah soal Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Menurut dokter Hermawan Saputra PSBB tidak efektif untuk memurtus rantai Covid-19 di Indonesia.
Dikutip TribunWow.com dari Channel YouTube Talk Show tv One pada Senin (20/4/2020), meski demikian, dokter Hermawan menilai PSBB lebih baik ketimbang tidak melakukan apa-apa.
• Sempat Jalankan Salat Jumat di Masjid, Warga Positif Covid-19 di Tasikmalaya Meninggal Dunia
"Kalau secara umum belum terlalu efektif ya."
"Cuma secara keseluruhan sebagai kebijakan sebenarnya ini lebih baik ketimbang kita tidak mempunyai kebijakan sama sekali," ujar dokter Hermawan.
Ia berharap nantinya PSBB akan diterapkan di seluruh daerah mengingat Virus Corona sudah masuk ke hampir seluruh di wilayah Indonesia.
"PSBB yang dilakukan secara bertahap oleh daerah masing-masing ini situasi lokalnya berbeda."
"Jadi diharapkan, ke depan ini kan kasus sudah muncul semua daerah, semua provinsi sudah masuk sebenarnya tidak akan beda jauh," ujarnya.
• Daftar 40 Negara Teraman di Dunia saat Pandemi Virus Corona, Israel di Posisi Puncak
Dokter Hermawan berpesan, agar daerah yang belum menerapkan PSBB segera bersiap.
Bahkan, Dokter Hermawan menyarankan PSBB nantinya akan dilaksanakan di seluruh Jawa.
"Daerah-daerah lain seharusnya sudah menyusun strategi dan siap-siap melakukan PSBB."
"Semakin kompak di suatu wilayah, kawasan sebenarnya bukan hanya di Jabodetabek, tapi Jawa yang satu pulau, seharusnya kompak tetapi bertahaplah. Jabodetabek juga sudah lebih baik," imbaunya.
Lalu, ia menyinggung negara yang terdiri dari banyak pulau.
Menurutnya, jika PSBB dilaksanakan secara serentak maka penyebaran Virus Corona akan menjadi lebih baik.
• Bahas Mudik saat Corona, Sandiaga Uno Peringatkan Pandemi Flu Spanyol Terjadi dalam 3 Gelombang
"Di luar Jawa sebenarnya Indonesia ini kan negara kepulauan, banyak pulau itu harusnya sifatnya island base, itu kalau mau secara bertahap."
"Kalau pemerintah mau kemauan lebih serentak lebih bagus," katanya.
Dokter Hermawan mengatakan, PSBB tidak efektif untuk memutus mata rantai Virus Corona.
Namun, PSBB berguna untuk memperlambat agar penyebaran Virus Corona lebih landai.
Sehingga fasilitas kesehatan bisa mempersiapkan sesuatunya lebih baik.
"Sebenarnya tidak memutus, cuma memperlambat, hanya memberi ruang bagi fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan untuk menarik napas."
"Memberikan pelayanan berkualitas tidak menumpuk dan perawatan yang intensif dan bagus untuk pasien PDP yang maupun yang sudah positif," jelasnya.
• Seniman Tak Pentas karena Corona, Ganjar Pranowo Tawarkan Solusi: Saya Mengajak, Sekaligus Menantang
Sehingga, PSBB dinilai masih merupakan suatu usaha pemerintah untuk mendisiplinkan masyarakat.
"Sebenarnya untuk memperlambat laju ini supaya landai sambil masyarakat betul melaksanakan betul-betul physical distancing."
"Jadi PSBB ini adalah semacam kebijakan yang turut melakukan tanda kutip menegakkan kedisiplinan masyarakat itu sendiri," kata dia. (TribunWow.com)