Tak bisa dipungkiri bahwa ia pun kerap iri karena tak bekerja dari rumah layaknya pekerja lainnya.
Namun perasaan itu ia tepis ketika memikirkan banyaknya pekerjaan lain yang lebih berisiko saat ini seperti para tenaga medis.
• Samakan dengan TNI, Dahlan Iskan Imbau Dokter Siapkan Mental Hadapi Corona: Tak Bisa Hidup Normal
• Di Tengah Virus Corona, Warga Jakarta Justru Masih Ada yang Berkerumun Nongkrong di Ruang Publik
"Sejumlah perusahaan menerapkan WFH karyawannya, tapi bagi kami yang masih bekerja apakah iri, ya pasti itu," ucap JS.
"Kami juga ingin merasakan bekerja di rumah tanpa ada rasa khawatiran akan membawa virus ke rumah."
"Tapi balik kembali, kita adalah jurnalis, meski kami khawatir, masih ada yang jauh lebih khawatir dari kita, yaitu tenaga medis, mereka terus berjuang, bahkan mereka sampai meninggalkan keluarganya di rumah," lanjutnya.
Diketahui, hingga Kamis (26/3/2020) kemarin, total pasien positif covid-19 di Jakarta mencapai 495 orang.
Dari total 495 pasien, 29 orang dinyatakan sembuh, sementara 48 pasien lainnya meninggal dunia.
Tak hanya itu, 50 tenaga medis di Jakarta yang menangani Covid-19 telah terinfeksi penyakit yang disebabkan virus Corona tipe 2 (SARS-CoV-2) itu.
"Jumlah tenaga medis yang terpapar di Jakarta saja itu sampai 50 orang. Jadi angka itu menggambarkan betapa besarnya risiko, dan ada dua (orang) yang meninggal."
"Ini terjadi di 24 rumah sakit di seluruh Jakarta," ucap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota, Kamis. (Kompas.com/Ryana Aryadita Umasugi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dilema Wartawan Meliput Wabah Corona, Antara Tuntutan Pekerjaan hingga Ganggu Psikis"