Virus Corona

Indonesia Berlakukan Rapid Test untuk Identifikasi Virus Corona, Apa Saja yang Perlu Diketahui?

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang perawat menyiapkan obat untuk pasien terjangkit virus Corona

TRIBUNWOW.COM - Pemerintah Indonesia menetapkan akan melakukan rapid test massal untuk mendeteksi jumlah warga yang terjangkit Virus Corona.

Rapid test tersebut dilakukan untuk mengetahui hasil tes lebih cepat sehingga dapat dilakukan tindakan untuk mencegah penyebaran Virus Corona lebih lanjut.

Dikutip dari Kompas.com, Sabtu (21/3/2020), untuk dapat melakukan rapid test tersebut, ada sejumlah regulasi atau tahapan yang mengatur prosedurnya.

UPDATE Covid-19 di Indonesia: Jumlah Pasien Positif Corona Naik Jadi 450 Orang, Tambah 81 Kasus Baru

Apabila pengetesan tidak dilakukan dengan seksama dan dengan prosedur yang benar, maka dikhawatirkan akan menghasilkan diagnosa yang salah.

Ditakutkan apabila muncul adanya hasil false negative (hasil negatif yang salah), padahal virus tersebut sudah ada di tubuh, orang yang menyangka dirinya sehat itu akan berinteraksi dengan orang lain sehingga virus makin menyebar.

Adapun masyarakat yang harus diperiksa adalah mereka yang memiliki gejala Virus Corona, seperti sesak napas, batuk kering, dan demam.

Riwayat penderita juga perlu diperhatikan, apakah mereka pernah bepergian ke luar negeri, ke daerah rawan virus, atau melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19.

Oleh karena itu, dokter memiliki peranan penting untuk menentukan perlu tidaknya seseorang di uji dengan rapid test.

Sementara itu, seperti yang dikutip TribunWow.com dari tvOneNews, Sabtu (21/3/2020), Juru Bicara Tim Dokter Pasien Covid-19 RSUP Persahabatan, Jakarta, dr. Erlina Burhan, mengungkapkan adanya dua jenis rapid test yang dapat dilakukan.

"Kita lihat dulu rapid test-nya ini cerologi atau yang antigen," ujar Erlina.

Soal Rapid Test Corona, Jokowi Sebut Sudah Dimulai dan Daerah Ini yang Diprioritaskan Lebih Dulu

Ia menyebutkan rapid test cerologi kurang efektif karena dapat menghasilkan false negative atau mengeluarkan hasil negatif padahal sebenarnya positif.

"Karena kalau rapid test yang dasarnya adalah cerologi, yang periksa darah, itu baru positif kalau ada antibodi, dan antibodi ini baru ada kalau sudah ada gejala," jelas Erlina.

"Nah, jadi kalau di awal-awal kita memakai rapid test yang cerologi atau antibodi ini, maka akan false negative," sambungnya.

Erlina menyarankan agar pada fase awal pemeriksaan, pemerintah menggunakan rapid test antigen.

Rapid test antigen tersebut mendeteksi virus yang ada di spesimen cairan tenggorokan pasien, sehingga lebih efektif.

Halaman
12