"Nah siapa sekarang yang betul, Juru Bicara atau Direktur Jenderal WHO?"
"Kita ikut Direktur Jenderal WHO, semua dokter di dunia ini, DokterTedros yang mengatakan, kita itui kutlah pengalaman Direktur Jenderal mengatakan," ujar Aman menggebu.
Ia ingin mengikuti saran WHO agar Indonesia belajar dari kesalahan negara yang sudah terlebih dahulu terjangkit.
"WHO mengatakan kita belajar dari kesalahan-kesalahan negara-negara pada saat-saat yang awal kejadian, sudah ada contohnya, kita enggak mau belajar masa?," sambungnya keras.
• Tingkat Kematian Pasien Corona Indonesia 2x Lipat dari Dunia, Dokter Ungkap Sudah Ada Anak Meninggal
Lihat videonya mulai 7:10:
Achmad Yurianto Sebut Pemerintah Terima Usul WHO
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Virus Corona Achmad Yurianto mengatakan, metode rapid test untuk memeriksa status tertular Virus Corona yang sedang dijajaki pemerintah serupa dengan tes massal.
"Rapid test dengan tes massal itu saudara kembar," ujar Yuri saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (8/3/2020).
Saat disinggung lebih lanjut apakah hal tersebut berarti Indonesia akan menjalankan saran WHO untuk melakukan tes massal Covid-19, Yuri hanya memastikan usulan badan kesehatan dunia itu diterima.
"Usul WHO diterima. Masalah dijalankan atau tidak itu kan nanti dulu. Sebab ada syarat ketentuan berlaku kalau mau menjalankan," lanjut Yuri.
• Acara Ijtima Ulama Dunia di Sulawesi Selatan Batal, Sebanyak 411 Jemaah WNA dan 8283 WNI Dipulangkan
Update : Kompas.com menggalang dana untuk solidaritas terhadap kondisi minimnya alat pelindung diri dan keperluan lainnya di rumah sakit-rumah sakit di Indonesia, terutama di DKI Jakarta, terkait penanganan Covid-19. Mari tunjukkan solidaritas kita dan bantu rumah sakit-rumah sakit untuk memiliki perlengkapan memadai. Klik untuk donasi melalui Kitabisa di https://kitabisa.com/campaign/melawancoronavirus.
Sebelumnya, Yurianto mengatakan pemerintah sedang melakukan pengkajian terhadap pelaksanaan rapid test untuk memastikan status positif Covid-19 pada pasien.
"Kami tadi juga rapat di pagi hari bersama Menteri Kesehatan dan seluruh jajaran untuk mulai melakukan kajian untuk rapid test seperti apa yang dilaksanakan di negara lain," ujar Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB Rabu (18/3/2020).
Yuri lalu menjelaskan, rapid test ini merupakan mekanisme yang berbeda dengan tes yang selama ini digunakan oleh pemerintah untuk menentukan status positif Covid-19 pada pasien.
"Karena rapid test ini menggunakan spesimen darah dan bukan tenggorokan atau kerongkongan. Tetapi menggunakan serum darah yang diambil dari darah (pasien)," ungkap Yuri.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rapid Test: Serupa dengan Tes Massal tapi Beda dengan Tes Corona Selama Ini"
(TribunWow.com/Mariah Gipty) dan (Kompas.com/Dian Erika Nugraheny)