Virus Corona

Tolak Keras Achmad Yurianto yang Sebut Tes Massal Corona Belum Perlu, Dokter: Kita Ikut Dirjen WHO

Penulis: Mariah Gipty
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr. Aman Bhakti Pulungan menjadi satu di antara tenaga kesehatan yang menyarankan ada tes massal dan masif Virus Corona.

TRIBUNWOW.COM - Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr. Aman Bhakti Pulungan menjadi satu di antara tenaga kesehatan yang menyarankan ada tes massal dan masif Virus Corona.

Saran tersebut terncantum dalam tujuh rekomendasi Satuan Tugas (Covid-19) untuk Pemerintah Pusat menangani Virus Corona.

Dilansir TribunWow.com dalam acara Mata Najwa Trans 7 pada Rabu (18/3/2020), Aman menegaskan bahwa tes massal penting agar dokter tahu berapa pasien yang harus segera ditangani.

Ijtima Ulama Dunia di Gowa Sulsel Dibatalkan, Fadjroel Rachman: Presiden Jokowi Ucapkan Terima Kasih

Namun, Aman mengatakan bahwa pengecekan massal saja tidak cukup.

"Ini penting supaya kita tahu musuh kita tadi saya katakan berapa banyak ini."

"Ini dilakukan di Korea tapi ternyata Direktur Jenderal WHO (World Health Organization), screening saja tidak cukup," ujar Aman.

Aman menegaskan bahwa Indonesia bisa belajar dari negara-negara yang sudah terkena wabah terlebih dahulu.

Secara khusus, Aman menyebut Indonesia bisa meniru langkah China.

"Kita belajar dari kegagalan-kegagalan, jadi yang paling baik itu bagaimana di China dan di Korea dan di Singapura."

"Di China ini karantina, kalau tidak mau judulnya lockdown, dikarantina. Dan mereka screening juga masif dan setelah itu sosial distance atau penjagaan jarak sosial," jelasnya.

Kemudian, Najwa Shihab sebagai pembawa acara menyinggung pernyataan Juru Bicara Virus Corona, Achmad Yurianto yang mengatakan bahwa tes massal belum diperlukan.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr. Aman Bhakti Pulungan mengaku bahwa penanganan Virus Corona di Indonesia tidak transparan. (Capture YouTube Najwa Shihab)

Cara Nikita Mirzani Jaga Kebersihan saat Marak Virus Corona: Sebelum Masuk Rumah Ganti Baju

"Dok yang jelas pemerintah lewat Juru Bicaranya Pak Yuri (Achmad Yurianto) tak perlu tes masif, masih bisa ditangani yang mau tes harus ada gejala dulu, yang sebelumnya harus diperiksa oleh dokter," tanya Najwa Shihab.

Mendengar itu, Aman dengan tegas langsung membantahnya.

Ia mengaku lebih memilih untuk menuruti Direktur Jenderal WHO, dr. Tedros Adhanom.

Masalnya, Tedros Adhanom sudah memiliki lebih banyak pengalaman dalam menangani Covid-19.

"Nah siapa sekarang yang betul, Juru Bicara atau Direktur Jenderal WHO?"

"Kita ikut Direktur Jenderal WHO, semua dokter di dunia ini, DokterTedros yang mengatakan, kita itui kutlah pengalaman Direktur Jenderal mengatakan," ujar Aman menggebu.

Ia ingin mengikuti saran WHO agar Indonesia belajar dari kesalahan negara yang sudah terlebih dahulu terjangkit.

"WHO mengatakan kita belajar dari kesalahan-kesalahan negara-negara pada saat-saat yang awal kejadian, sudah ada contohnya, kita enggak mau belajar masa?," sambungnya keras.

Tingkat Kematian Pasien Corona Indonesia 2x Lipat dari Dunia, Dokter Ungkap Sudah Ada Anak Meninggal

Lihat videonya mulai 7:10:

Achmad Yurianto Sebut Pemerintah Terima Usul WHO

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Virus Corona Achmad Yurianto mengatakan, metode rapid test untuk memeriksa status tertular Virus Corona yang sedang dijajaki pemerintah serupa dengan tes massal.

"Rapid test dengan tes massal itu saudara kembar," ujar Yuri saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (8/3/2020).

Saat disinggung lebih lanjut apakah hal tersebut berarti Indonesia akan menjalankan saran WHO untuk melakukan tes massal Covid-19, Yuri hanya memastikan usulan badan kesehatan dunia itu diterima.

"Usul WHO diterima. Masalah dijalankan atau tidak itu kan nanti dulu. Sebab ada syarat ketentuan berlaku kalau mau menjalankan," lanjut Yuri.

• Acara Ijtima Ulama Dunia di Sulawesi Selatan Batal, Sebanyak 411 Jemaah WNA dan 8283 WNI Dipulangkan

 
Juru bicara pemerintah untuk penanganan wabah Virus Corona (COVID-19) Achmad Yurianto, Konferensi Pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Rabu (18/3/2020) (Youtube BNPB Indonesia)

Update : Kompas.com menggalang dana untuk solidaritas terhadap kondisi minimnya alat pelindung diri dan keperluan lainnya di rumah sakit-rumah sakit di Indonesia, terutama di DKI Jakarta, terkait penanganan Covid-19. Mari tunjukkan solidaritas kita dan bantu rumah sakit-rumah sakit untuk memiliki perlengkapan memadai. Klik untuk donasi melalui Kitabisa di https://kitabisa.com/campaign/melawancoronavirus.

Sebelumnya, Yurianto mengatakan pemerintah sedang melakukan pengkajian terhadap pelaksanaan rapid test untuk memastikan status positif Covid-19 pada pasien.

"Kami tadi juga rapat di pagi hari bersama Menteri Kesehatan dan seluruh jajaran untuk mulai melakukan kajian untuk rapid test seperti apa yang dilaksanakan di negara lain," ujar Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB Rabu (18/3/2020).

Yuri lalu menjelaskan, rapid test ini merupakan mekanisme yang berbeda dengan tes yang selama ini digunakan oleh pemerintah untuk menentukan status positif Covid-19 pada pasien.

"Karena rapid test ini menggunakan spesimen darah dan bukan tenggorokan atau kerongkongan. Tetapi menggunakan serum darah yang diambil dari darah (pasien)," ungkap Yuri.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rapid Test: Serupa dengan Tes Massal tapi Beda dengan Tes Corona Selama Ini"

(TribunWow.com/Mariah Gipty) dan (Kompas.com/Dian Erika Nugraheny)