TRIBUNWOW.COM - Budayawan Sudjiwo Tedjo angkat bicara soal kasus pembunuhan bocah enam tahun oleh remaja 15 tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Dilansir TribunWow.com, terkait hal itu Sudjiwo Tedjo justru membandingkan sistem pendidikan zaman dahulu dengan sekarang.
Saat menjadi bintang tamu dalam tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (10/3/2020), Sudjiwo Tedjo menyebut kesibukan orang tua menjadi satu di antara penyebab anak menjadi korban kekerasan.
• Polisi Libatkan 10 Dokter untuk Ungkap Kejiwaan ABG Pembunuh Bocah, Jawaban Pelaku Selalu Masuk Akal
• Pengacara Korban Pembunuhan oleh ABG 15 Tahun Sebut Kejadian Telah Direncanakan: Cara Pikir Ekstrem
Tak hanya itu, sistem pendidikan di Indonesia menurutnya tak memberikan pengetahuan pada anak soal seks.
"Dan soal seks, kalau menurut saya yang salah pendidikan kita terlalu muna," ujar Sudjiwo Tedjo.
Terkait hal itu, ia lantas membandingkan sistem pendidikan dulu dengan sekarang.
"Dari zaman dulu itu anak laki-laki dipanggil p***s, kalau wanita dipanggil b***k, b***k itu vagina," sambung Sudjiwo.
Menurut Sudjiwo, pendidikan seks sejak dini justru akan membuat anak tidak 'berpikiran kotor'.
"Sehingga dari kecil dia perkenalkan bahwa seks itu enggak kotor," ujar Sudjiwo.
"Yang kotor itu pikiran kita."
• Ayah Bocah 6 Tahun Ungkap Sikap Remaja Pembunuh Anaknya, Soroti Beda Perlakuan ke Teman Sekolah
Tak hanya menyalahkan pendidikan, Sujidowo Tedjo turut menyoroti soal sistem tata kota di Indonesia.
Menurut dia, sistem tata kota di Indonesia tak memungkinkan orang tua untuk memantau perkembangan anak.
Hal itu disebabkan karena lokasi kerja yang jauh dari rumah.
"Dan seluruh ahli tata kota ikut diskusi malam ini, diajak lain kali," terang Sudjiwo.
"Bikin tata kota itu yang bener, yang rumah antara pekerja dan tempat kerja enggak jauh sehingga orang tuanya cepat pulang."
Sudjiwo menambahkan, sistem tata kota di Indonesia menyebabkan para orang tua jarang bertemu buah hati.
Hal itu lah yang menurutnya menyebabkan banyak anak di Indonesia menjadi korban kekerasan hingga pembunuhan.
"Sekarang jam empat pagi mereka berangkat ke kantor, suap-suapan di mobil suami istri, jam 10 baru sampai rumah. Ini tata kota macam apa?," tanya Sudjiwo.
"Saya setuju kalau mereka jadi korban karena ketemunya malem. Baru ketemu bener Sabtu sama Minggu dengan rasa bersalah apapun dituruti."
Lantas, Sudjiwo kembali membandingkan pendidikan orang tua kepada anak di zaman dulu dengan sekarang.
"Zaman saya sama Pak Karni jangan minta, di-gaplok (dipukul -red) bener wong tiap hari ketemu," ujar Sudjiwo.
"Jam 2 bapak saya sudah di rumah, gampar saya enggak apa-apa dengan kasih sayang."
• Remaja Perkosa Mayat Gadis 14 Tahun yang Ia Bunuh setelah Menyelinap Diam-diam di Kamarnya
Simak video berikut ini menit ke-11.45:
Pengakuan Ibu Korban
Pada kesempatan itu, Ratna, ibu bocah korban pembunuhan oleh remaja 15 tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat (Jakpus), mengungkap momen terakhirnya bersama sang buah hati.
Dilansir TribunWow.com, Ratna menyatakan terakhir bertemu sang buah hati sehari sebelum korban ditemukan tewas di dalam lemari.
Ratna menceritakan ibu tiri pelaku sempat menyuapi korban sebelum bocah lima tahun itu dibunuh.
"Anak saya di situ masih main, masih dikasih sama ibu pelaku," kata Ratna.
• Di ILC, Jajang C Noer Buka Suara soal ABG Pembunuh Bocah di Jakpus: Orang Jahat karena Tak Bahagia
• Sempat Cari Korban, Tetangga Ungkap Gelagat ABG Pembunuh Bocah di Jakpus: Kayak Enggak Punya Salah
Ratna mengaku, selama ini rumahnya dengan rumah pelaku memang bersebelahan.
"Iya, rumah saya persis bersebelahan dengan rumah pelaku," jelas Ratna.
"Dia ngasih makan anak saya, setengah empat sore saya nganter lagi."
Momen itu lah terakhir kali Ratna mendengar suara sang buah hati.
"Itu terakhir kali saya mendengar suara anak saya," kata Ratna.
"Karena saya lagi ada di kamar mandi, anak saya teriak-teriak."
Kala itu, Ratna yang sedang berada di dalam kamar mandi dipanggil-panggil korban.
"Katanya 'Ibu, ada anteran', saya bilang 'Iya nanti dulu ibu lagi di kamar mandi'," jelasnya.
"Setelah saya keluar dari kamar mandi, saya ke tempat pelaku untuk ngambil orderan untuk dianter."
• Pengacara Korban Pembunuhan oleh ABG 15 Tahun Sebut Kejadian Telah Direncanakan: Cara Pikir Ekstrem
Menurut Ratna, setelah kejadian itu ia tak pernah lagi melihat sosok korban.
"Setelah dari situ saya enggak tahu lagi, udah enggak ada anak saya," kata Ratna.
"Saya ke sana untuk mengambil makanan dianter ke rumah yang pesan di Kelapa Gading."
Ratna yang baru pulang dari kerja lantas mencari keberadaan korban.
Ia bahkan mengaku sempat menanyakan keberadaan korban kepada ibu tiri pelaku.
"Saya meninggalkan rumah pukul 15.45 WIB, baliknya jam 17.00 WIB," jelas Ratna.
"Saya nyari anak saya dulu, saya bilang sama ibu pelaku, tapi katanya enggak ada karena tadi katanya mandi."
"Mandi atau main air gitu enggak tahu saya," sambungnya.
(TribunWow. com)