"Orang-orang berkata: 'Jangan bawa kami kembali karena Nigeria tidak bisa merawat kami'. Saya merasa ada pertentangan di dalam diri saya, namun saya juga manusia," kata Angela asal Nigeria yang baru saja lulus dari universitas di Provinsi Hubei.
"Saya akan bersyukur jika mereka mengakui ada warga Nigeria di sini, namun kami tampaknya bukan prioritas. Kami tidak mendapat respons apapun dari pemerintah kami," tambahnya.
Pekan lalu, untuk pertama kalinya dalam 22 hari larangan keluar dan masuk, Angela terpaksa keluar dari apartemennya untuk membeli kebutuhan pokok mengingat persediaan makanan menipis.
"Kota ini seperti kota mati. Ketika saya keluar dari kompleks tempat tinggal, saya tidak tahu apakah saya diperbolehkan masuk lagi."
"Ada orang-orang yang memeriksa suhu tubuh di luar pagar," tuturnya dari apartemen ketika diwawancarai melalui sambungan telepon.
Pada 30 Januari, komunitas warga Kamerun menulis surat terbuka untuk presiden yang isinya mendesak pemerintah Kamerun mengevakuasi warga yang terjebak di pusat wabah virus korona baru.
Pekan demi pekan, kata Dr Pisso Scott Nseke selaku pemimpin komunitas Kamerun di Wuhan, tapi belum ada tanggapan dari pemerintah Kamerun.
Dia paham bahwa komunitas Kamerun tidak satu suara soal evakuasi, namun mereka kecewa oleh kurangnya bantuan dari pemerintah Kamerun.
Hingga pertengahan Februari, Mesir, Aljazair, Mauritius, Maroko, dan Seychelles telah mengevakuasi warga mereka dari Provinsi Hubei.
Negara-negara lain, seperti Ghana dan Kenya, dilaporkan masih mempertimbangkan apakah akan mengevakuasi warga mereka.
• Kronologi Mahasiswa Asing Bunuh Diri Lompat dari Ruang Isolasi Virus Corona, Mengira Ia Tertular
'Kami merasa ditelantarkan'
Sejumlah negara telah mengirim bantuan keuangan untuk warga mereka.
Menurut ketua persatuan pelajar Pantai Gading di Wuhan, sebanyak 77 warga Pantai Gading mendapat US$490 (Rp6,7 juta) setelah berdiskusi selama beberapa pekan dengan pemerintah negara mereka.
Ghana dilaporkan juga mengirim bantuan keuangan kepada warga mereka.
Kendati begitu, banyak yang semakin frustrasi oleh sikap pemerintah negara mereka.