TRIBUNWOW.COM - Politisi PDIP Muchamad Nabil Haroen memberikan peringatan kepada Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) atas pernyataan yang dikeluarkan oleh Kepala BNPT Suhardi Alius yang menyatakan bahwa mantan teroris berkemungkinan masuk ke BUMN.
Muchamad Nabil Haroen atau akrab disapa Gus Nabil menilai pernyataan yang dilontarkan oleh Kepala BNPT memancing keributan di masyarakat.
Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal YouTube kompastv, Senin (10/2/2020), mulanya Gus Nabil memahami mungkin yang dimaksud oleh Kepala BNPT tidak merujuk kepada isu pemulangan WNI eks ISIS.
• BNPT Ungkap Hal Positif Pemulangan WNI Eks ISIS, Mantan Teroris: Masih Gambling Berhasil atau Tidak
Namun ia tetap menyebut pernyataan tersebut tidak layak disampaikan di tengah ramainya isu pemulangan WNI eks ISIS.
"Sebenarnya mungkin bisa jadi terpisah (pernyataan Kepala BNPT), tapi sebaiknya pernyataan-pernyataan seperti ini dihindari, jangan di saat-saat seperti ini justru itu memancing keributan banyak orang," jelas Gus Nabil.
Gus Nabil kemudian menyayangkan pernyataan tersebut keluar dari BNPT.
Ia menyinggung kehidupan rekan-rekannya yang kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, namun BNPT justru menyatakan para mantan teroris berkemungkinan masuk ke BUMN.
"Teman-teman saya saja yang jelas-jelas baik NKRI harga mati dari kecil sampai tua jadi buruh saja susah, lha ini kok yang kombatan," ujarnya.
Ia mengatakan kini kesan tersebut sudah tertanam dalam masyarakat.
"Kesannya bahwa nanti kalau ada kombatan yang sudah balik, dipekerjakan di BUMN," kata Gus Nabil.
"Kesan masyarakat begitu."
"Jadi pesan saya sebaiknya berhati-hati lah," lanjut Gus Nabil.
• Komut BUMN Refly Harun Tertawa Lihat Ngabalin Ngotot Tolak WNI Eks ISIS: Tidak Usah Ada Presiden
Menghindari Bom Saja Sulit
Gus Nabil lanjut menanggapi soal rencana pemerintah untuk mengadakan profiling WNI eks ISIS atau pengidentifikasian.
Menurutnya hal tersebut akan sulit dilakukan.
Terlebih WNI eks ISIS yang kini menempati kamp pengungsian dan tahanan sudah lama tak terpantau pergerakannya oleh pemerintah Indonesia.
"Kita menghindari bom saja sulit, kok terus mau profiling mereka, itu jauh lebih sulit lagi," ujar Gus Nabil.
"Profiling yang mau ngebom saja enggak bisa, kok terus mem-profiling mereka yang selama ini kita enggak pernah pantau, dan tidak mudah mengurusi orang-orang yang sakit otaknya."
"Kalau sudah sakit otaknya berat," tambahnya.
Gus Nabil menegaskan dirinya tidak percaya bahwa pemerintah mampu melakukan profiling terhadap para WNI eks ISIS.
"Tentu kalau memang pemerintah bisa melakukan ini, bisa mem-profiling ya itu bagus, tapi kok saya tidak cukup yakin," tandasnya.
• Polemik Kepulangan WNI eks ISIS, Mahfud MD Siapkan Langkah Alternatif untuk Dilaporkan ke Jokowi
Lihat videonya di bawah ini mulai menit ke-28.50:
Korban Teroris: Mengapa Negara Memikirkan Pengkhianat
Korban dari serangan-serangan terorisme angkat bicara soal wacana pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) bekas anggota teroris ISIS yang kini sedang ramai dibicarakan.
Pendamping korban Bom Samarinda Birgaldo Sinaga mengatakan para korban sangat tidak setuju apabila WNI bekas anggota teroris tersebut dipulangkan kembali ke tanah air.
Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal YouTube Kompastv, Sabtu (8/2/2020), Birgaldo menyebut wacana pemulangan WNI eks ISIS sangat melukai perasaan para keluarga korban terorisme.
"Sangat melukai perasaan keluarga korban terorisme, itu yang ada di benak saya," kata Birgaldo.
• Sutiyoso Sebut Biarkan Eks ISIS Pulang, Ceritakan Kekesalannya saat Bom Thamrin: Sebenarnya Dongkol
Menurutnya pemerintah tidak seharusnya memikirkan nasib para WNI eks ISIS.
"Saya kira pemerintah memikirkan mereka untuk dipikirkan saja sebuah kekeliruan, sebuah kesalahan," terangnya.
"Bagaimana bisa pemerintah begitu mudah melemparkan isu ini, membuat gaduh, melukai perasaan dari pada korban, Ayah, Ibu, saudara, anak yang kehilangan anggota keluarganya, yang sampai saat ini berjuang untuk pulih."
"Saya kira pemerintah sangat keliru dalam hal ini," lanjut Birgaldo.
Birgaldo menyebut tidak bisa kembali lagi ke Indonesia adalah risiko yang harus ditanggung oleh mereka yang memutuskan untuk bergabung dengan ISIS.
"Ada hak dan tanggung jawab pada konsekuensi terhadap anak bangsa secara adil, bahwa setiap tindakan itu membuat konsekuensi," katanya.
"Mereka pergi ke Baghdad, ke Suriah tentu kan ingin bergabung dengan ISIS, Islamic State Iraq and Suriah atau negara Islam Iraq dan Suriah."
"Itu negara, sehingga mereka memiliki mimpi ingin menjadi bagian dari khalifah Abu Bakar Al Baghdadi."
"Mereka membakar paspor," lanjutnya.
Kemudian Birgaldo menceritakan soal alumni ISIS yang pernah kembali ke Indonesia dan tetap menjadi teroris.
Ia mencontohkan kasus pemboman yang dilakukan oleh satu keluarga yang menjadi pelaku serangan bom bunuh diri di tiga gereja yang berada di Surabaya pada 12 Mei 2019.
Birgaldo mengatakan akan sangat berbahaya menerima kembali WNI eks ISIS yang telah dibekali oleh keahlian militer saat berada di sana.
Dirinya tidak meyakini bahwa mereka akan bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
Ketimbang memikirkan bekas teroris, Birgaldo justru meminta agar pemerintah lebih berfokus terhadap korban-korban serangan terorisme yang lebih membutuhkan perhatian.
"Mengapa negara memikirkan para pengkhianat-pengkhianat bangsa yang berjuang di ISIS sana, mengapa bukan para korban yang saat ini sangat menyedihkan," terangnya.
"Saya kira negara ini sangat keliru melihat dari sisi kemanusiaan," lanjut Birgaldo.
• Kekhawatiran Mantan Teroris Sofyan Tsauri soal Pemulangan WNI Eks ISIS: Pura-pura Menyesal
Lihat videonya di bawah ini mulai menit ke-5.45:
(TribunWow.com/Anung Malik)