TRIBUNWOW.COM - Wacana pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) dari ISIS mengundang polemik.
Beberapa pihak menolak, namun ada pula yang meminta pemerintah untuk memunglangkan WNI dari ISIS terutama anak-anak dan perempuan.
Namun, mantan teroris Sofyan Tsauri menganggap polemik pemulangan WNI dari ISIS memiliki kekhawatiran tersendiri.
Hal tersebut disampaikan Sofyan Tsauri saat menjadi narasumber di kanal YouTube Talk Show tvOne, Sabtu (8/2/2020).
Mulanya, pembawa acara bertanya soal kemungkinan yang terjadi ketika para WNI eks ISIS pulang ke Indonesia.
• Meski Pemerintah Dibilang Thagut, Ali Ngabalin Ungkap 2 Pertimbangan soal Pemulangan WNI Eks ISIS
• Mantan Teroris Sofyan Tsauri Ungkap Nasib Rekannya Eks ISIS yang Masih di Suriah: Kondisi Mencekam
"Kalau misalnya kita baca kekhawatiran terbesar yang ada di Indonesia kalau mereka pulang, paparan ideologinya agak susah dihapuskan," tanya pembawa acara.
"Sebenarnya keinginan pulang karena kondisi terpaksa tidak ada uang lagi tinggal di sana?"
"Atau memang pulang ke Indonesia karena sudah percaya dengan konstitusi, menyesal, atau bagaimana?"
Mantan teroris Sofyan Tsauri di acara APA KABAR INDONESIA MALAM, Jumat (7/2/2020) (YouTube Talk Show tvOne)
Menjawab hal itu Sofyan menceritakan kemungkinan yang terjadi soal kepulangan WNI eks ISIS tersebut.
"Yang kita khawatirkan adalah bentuk pragmatisme atau oportunity ya," ujar Sofyan Tsauri.
Kekhawatiran tersebut soal perasaan para WNI eks ISIS yang berkemungkinan hanya pura-pura menyesal.
• Mantan Kepala BIN Sutiyoso Angkat Bicara soal Kepulangan WNI Eks ISIS: Yang Pulang Kita Biarkan Saja
"Artinya mereka berpura-pura mengadakan yang disebut dengan takiah, mereka berpura-pura menyesal kemudian mereka masuk, ini yang kita khawatirkan," tambahnya.
Mantan teroris tersebut lalu bercerita soal pengalaman bertemu para mantan teroris yang terkena deportasi di beberapa negara.
Para teroris tersebut justru membuat 'bencana' dengan cara melakukan pengeboman.
"Beberapa kasus yang terjadi ketika mereka dideportasi ke Indonesia dari Turki sebelumnya sejak 2015 ada misalnya berangkat Muhammad Aulia yang dideportasi."