Banjir di Jakarta

Blak-blakan, Qodari Nilai Kerja Jokowi soal Banjir Lebih Terlihat Dibanding Anies: Anies Itu Cantik

Penulis: Mariah Gipty
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Eksekutif Indo Barometer sekaligus Pengamat Politik, M. Qodari membandingkan Gubernur DKI Jakarta sekarang, Anies Baswedan (kiri) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) (kanan) terkait penanganan banjir.

TRIBUNWOW.COM - Direktur Eksekutif Indo Barometer sekaligus Pengamat Politik, M. Qodari membandingkan Gubernur DKI Jakarta sekarang, Anies Baswedan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait penanganan banjir.

Sebagaimana diketahui Jokowi pernah memimpin DKI Jakarta pada 2012-2014.

Dilansir TribunWow.com dari channel YouTube dari kanal YouTube Kompas TV pada Kamis (16/1/2020), M. Qodari menilai bahwa kinerja Jokowi dalam menangani banjir di Jakarta lebih kelihatan.

Bukan Anies Baswedan, M Qodari Ungkap Sosok Pencetus Ide Program Naturalisasi untuk Tangani Banjir

Mulanya, Qodari bertanya seberapa serius Anies menangani masalah banjir.

"Masalahnya seberapa jauh Pak Gubernur Anies ini selama ini telah menunjukkan komitmen atau tindakan untuk menyelesaikan masalah banjir," ungkap Qodari.

Kemudian, Qodari justru membandingkan Anies Baswedan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sempat memimpin DKI Jakarta pada 2012-2014.

"Saya bandingkan misalnya dengan masa Pak Jokowi. Pak Jokowi misalnya melakukan pembenahan terhadap Danau Sunter ya," ujar Qodari.

Kala Jokowi memimpin, Danau Sunter menjadi lebih baik dengan adanya program normalisasi.

"Yang tadinya penuh dengan permukiman liar, terabaikan, permukimannya dibersihkan, sungainya dinormalisasi," ujar Qodari.

Sebelum melanjutkan pernyataannya, Qodari sempat mengungkapkan siapa sosok pencetus ide naturalisasi.

Sosok itu juga hadir di acara tersebut, yakni Satu di antara Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Jakarta, Muslim Muin.

Tak Terima Anies Baswedan Digugat karena Banjir, Tim TGUPP Jakarta: Negeri Kita Ini Bermasalah

Muslim Muin juga disebut sebagai sosok pakar hidrodinamika.

"Atau barangkali dinaturalisasi, sebetulnya tambahkan dikit ya Bang Muslim, ini kalau dikenal pakar hidrodinamika," kata Qodari.

Sehingga, Qodari menilai bahwa Muslimlah yang layak dipanggil Bapak Naturalisasi.

"Tapi kalau saya terlusuri sebetulnya bapak naturalisasi ini adalah beliau."

"Jadi ide naturalisasi Anies dari mana itu dari Muslim Muin," ucapnya diikuti tepuk tangan penonton.

Kemudian, Qodari secara terang-terang mengatakan kinerja Jokowi mengatasi banjir lebih terlihat.

"Tapi intinya adalah bahwa apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi waktu kelihatan," kata dia.

Pasalnya, ada perkembangan yang lebih baik setelah adanya sejumlah usaha Jokowi.

"Pada periode berikutnya, ketika tahun sebelumnya istananya itu banjir lalu kemudian Sunter dibenahi tidak terjadi banjir lagi masuk istana," ucapnya.

Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari dalam kanal YouTube Kompas TV, Kamis (16/1/2020). (YouTube Kompas TV)

PSI Soroti Pengadaan Toa Peringatan Banjir oleh Pemprov DKI: Seperti pada Era Perang Dunia II

Menurut Qodari, kinerja Anies dalam mengatasi banjir belum terlihat.

"Barangkali itu yang agak kurang kelihatan. Kalau bikin pompa belum kelihatan," katanya.

Qodari kemudian menyinggung ada warga yang menilai Anies bisa mempercantik kota namun justru membuat banjir lebih dalam.

"Orang pada hari ini mengatakan, Pak Anies itu cantik."

"Kota Jakarta di tangan Pak Anies cantik tapi banjirnya lebih dalam, itu persoalan, singgung Qodari.

Lihat videonya mulai menit ke-11:46:

Haji Lulung Apresiasi Jokowi dan Ahok

Politikus PAN, Abraham Lunggana alias Haji Lulung menanggapi gugatan kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan

Anies Baswedan digugat oleh Tim Advokasi Korban Banjir Jakarta lantaran dianggap tidak bisa menangani bencana itu dengan baik.

Mulanya, Haji Lulung memuji sikap Anies Baswedan dalam menanggapi kritikan.

• Tak Terima Anies Baswedan Digugat karena Banjir, Tim TGUPP Jakarta: Negeri Kita Ini Bermasalah

"Tapi sikap Anies luar biasa, saya dihujat tidak tumbang, saya dipuji tidak terbang," puji Haji Lulung dikutip dari kanal YouTube Kompas TV pada Jumat (17/1/2020).

Kemudian, ia mengkritik Tim Advokasi Korban Banjir Jakarta, Azas Tigor.

Ia mengkritik Azas Tigor mengapa tidak menuntut gubernur yang memimpin pada 2013 dan 2015.

Padahal banjir pada tahun tersebut terjadi hingga masuk istana.

"Persoalan hari ini kembali ini, Pak Tigor melakukan class action di tahun 2013, di tahun 2015 itu banjir sampai ke dalam istana, Pak Tigor berada di mana itu?," tanyanya.

Meski demikian, Haji Lulung tetap memberikan apresiasinya pada Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang sempat memimpin.

"Yang kedua, saya apresiasi di 2013, Pak Jokowi telah melakukan apa berbagai macam pencegahan banjir, ada banjir tapi yang meninggal itu cuma 40 orang."

"Nah, di tahun 2015 itu sudah Ahok, Basuki Tjahaja Purnama. Itu sudah sangat apresiasi kita, cuma lima korban walaupun air itu sampai ke istana," ungkap Haji Lulung.

Namun, ia lebih mengapresiasi kinerja Anies Baswedan.

Ia menyebut korban tewas dalam bencana banjir tahun ini empat orang.

Abraham Lunggana alias Haji Lulung dalam kanal YouTube Kompas TV, Kamis (16/1/2020). (YouTube Kompas TV)

• Bandingkan Era Jokowi, M Qodari Kritik Pemerintahan Anies Baswedan: Kotanya Cantik, Banjirnya Dalam

Selain itu, banjir parah itu disebut karena siklus alam seratus tahun sekali.

Kemudian, Azas Tigor membantah data yang didapat Haji Lulung.

"Tetapi faktanya hari ini, ini semua terjadi artinya siklus seratus tahun ini."

"Yang meninggal dunia itu cuma 4 orang, cuma orang hari ini yang meninggal dunia," kata Haji Lulung.

"Itu nyawa loh ya," sela presenter Rosi.

"Datanya salah," ujar Azas Tigor.

Haji Lulung kekeh bahwa data yang didapatnya itu benar.

Kemudian, ia mengatakan bahwa biarlah masyarakat yang menilai soal gugutan pada Anies.

"Oh enggak ini datanya benar nah makanya saya mendukung adinda dari Mahasiswa silahkan saja class action, tapi masyarakat sebagian telah menilai ini apa inih politik atau hukum," kata Haji Lulung.

Ia bertanya, jika gugatan itu murni mengapa mereka tidak mengguggat gubernur pada 2013 dan 2015.

• Pengamat Tata Kota Sebut Ada Kemungkinan Banjir Lebih Besar, Minta Jakarta dan Surabaya Siapkan Ini

"Ya politik kalau persoalan hukum ke mana 2015, ke mana 2013 ketika air ini masuk ke Istana?," tanyanya.

Menjawab pertanyaan Haji Lulung, Azas Tigor menegaskan bahwa ia menggugat berdasar dari permintaan korban banjir.

Selain itu, ia membantah bahwa selama ini hanya pernah menggugat Anies Baswedan.

"Pertama gini Pak Lulung dan Rosi, saya ini advokat hanya begerak ketika ada pengaduan dan ada pemberian kuasa itu satu."

"Kedua, 2002 saya menggugat Pak Lulung, banjir 2002 kenapa karena saat itu banyak warga yang mengadu pada saya inipun begitu," kata dia.

Azas Tigor menantang Haji Lulung untuk mencari data bahwa memang pernah menggugat gubernur-gubernur lain.

"Kalau ditanya, saya tidak pilih-pilih bisa di-surfing (dicari), saya semua gubernur di DKI Jakarta pernah saya gugat," tegas Azas Tigor. (TribunWow.com/Mariah Gipty)