Apalagi, musim ini Persebaya akan melakoni laga internasional.
“Apalagi kalau kami bermain dengan tim-tim mancanegara, kan juga merupakan salah satu promosi juga buat kota Surabaya,” terang Aji Santoso.
Bukan hanya akan menghidupkan ekonomi lokal, dengan banyaknya pemain mancanegara yang hadir di Surabaya akan mengenalkan keindahan, keelokan dan potensi besar Kota Surabaya.
“Akan lebih baik kami main di Surabaya. Akan sangat positif dampaknya untuk Surabaya,” terang Aji Santoso.
Kabid Sarana Prasarana Dispora Surabaya, Edi Santoso mengatakan dirinya belum tahu dengan surat dari Persebaya.
"Saya tidak tahu mas, suratnya (Persebaya) di mana? Dikirim ke siapa?, saya ndak tahu" ucap Edi dikonfirmasi Surya, Senin (13/1/2020) kemarin.
Disinggung tentang peluang Persebaya bermain di GBT atau Gelora 10 Nopember, Edi Santoso tidak ingin berandai-andai untuk pertanyaan tersebut.
"Saya ndak mau berandai-andai mas, saya ndak tahu," aku Edi Santoso.
Komentar Pemerhati Bola Kukuh Ismoyo
Terancamnya Persebaya menjadi tim musafir pada musim 2020 ini diyakini tidak akan mempengaruhi prestasi tim Bajul Ijo.
Salah satu pengamat Persebaya, Kukuh Ismoyo menilai itu tidak menjadi masalah berarti bagi tim yang lahir pada 1927 ini.
Menurut Kukuh, ini berkaca dari sembilan laga terakhir di Liga 2019 silam, di mana lima laga di antaranya merupakan laga kandang.
Persebaya bermain tanpa dukungan langsung Bonek baik laga kandang maupun tandang akibat sanksi dari Komdis PSSI.
Namun, di bawah racikan Aji Santoso, Persebaya tetap meraih hasil positif. Tujuh laga berhasil dimenangkan, dua laga lainnya berakhir imbang.
“Saya kira coach Aji dan tim sudah teruji dengan baik di sembilan pertandingan akhir liga 1 kemarin. Besar kemungkinannya Persebaya masih mampu bermain baik walau tanpa dukungan maksimal dari Bonek (jika melakoni partai home di kota lain),” tutur Kukuh.