TRIBUNWOW.COM - Konflik antara Indonesia dengan China mengenai wilayah perbatasan di perairan Natuna tidak hanya terjadi sekali ini.
Pada tahun 2016 lalu, konflik mengenai wilayah perbatasan juga sempat terjadi di perairan Natuna.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan sempat mengunjungi secara langsung perairan Natuna tersebut.
Dikutip TribunWow.com dari artikel Kompas.com pada 23 Juni 2016 lalu, Jokowi diketahui menggelar rapat terbatas dengan beberapa menteri dan instansi di Kapal Perang Indonesia (KRI) Imam Bonjol-383.
• Edhy Prabowo Dibela Luhut Pandjaitan soal Kapal di Natuna, Ungkap Ada Keterbatasan soal Pengamanan
Jajaran pemerintahan yang mendampingi termasuk Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kepala Polri Jenderal Pol Badrodin Haiti, dan tiga kepala staf TNI.
KRI Imam Bonjol merupakan kapal yang digunakan untuk menembak kapal nelayan China yang kedapatan memasuki perairan Natuna.
Rapat Lanjutan
Dikutip dari situs resmi Sekretariat Kabinet, Jokowi mengungkapkan beberapa hal yang menjadi fokus pengembangan potensi ekonomi di Natuna dalam rapat terbatas di KRI Imam Bonjol.
Jokowi kemudian menggelar rapat lanjutan untuk membahas pengembangan potensi ekonomi di Kantor Presiden, Jakarta.
Awalnya, Jokowi membahas tentang pengembangan industri perikanan yang hanya 8,9 persen dari total potensi yang dimiliki.
"Terkait dengan pengembangan industri perikanan, saya mendapatkan laporan bahwa produksi di sektor sektor kelautan dan perikanan di Natuna hanya sebesar 8,9 persen dari potensi yang kita miliki," kata Jokowi, Rabu (29/6/2016).
Jokowi mendorong agar kegiatan perikanan digerakkan dan dipercepat.
"Oleh sebab itu, ini perlu didorong lagi, dipercepat lagi, sehingga bisa mendatangkan manfaat bagi kita," lanjutnya.
• Soal Konflik Natuna, saat Jadi Panglima TNI Moeldoko Ungkap Dubes China Pernah Memohon-mohon
Berikutnya adalah pembahasan tentang pengembangan potensi migas yang selama ini dirasa belum maksimal.
"Dari 16 blok migas yang ada di sekitar Natuna, baru 5 blok yang berproduksi, sementara 7 blok masih dalam tahap eksplorasi, dan 4 blok masih dalam proses terminasi. Oleh sebab itu, ini juga kita dorong agar proses-proses produksi bisa segera dilakukan," kata Jokowi.