Sedangkan, air yang digunakan, sampai saat ini wajib menggunakan sumber mata air asli, langsung dari tanah.
"Rahasia utamanya air ya. Karena, kualitas air di Sumedang saat ini masih baik, pencemarannya (lingkungan) belum berpengaruh ke kualitas air tanahnya."
"Jadi kalau airnya baik, kualitas tahunya juga akan sangat baik, tahunya bisa bertahan hingga 1, 5 hari," kata Suriadi.
Suriadi menambahkan, Tahu Bungkeng sendiri, saat ini memiliki lima outlet di Sumedang dan satu outlet di Kota Bandung.
Perjalanan bisnis Tahu Bungkeng sendiri telah bertahan selama 102 tahun dan berlangsung secara estafet atau turun temurun.
Mulai dari sang pelopor uyut Ong Kino, sang kakek Ong Bung Keng, sang ayah Ong Yu Kim, hingga dirinya.
Ong Che Ciang atau Suriadi, sebagai penerus generasi keempat.
"Meskipun sekarang ini (penjualannya) lagi lesu karena daya beli masyarakat turun, tapi tahu sumedang akan tetap punya pasarnya."
"Dan saya yakin akan tetap bertahan. Rahasianya sederhana, pertahankan citarasa dan terus kontinyu memproduksi."
"Soal sepi, semua pengusaha tahu sumedang sekarang ini mengeluh sepi, itu artinya kita tidak sendirian, dan masalahnya bukan di kitanya (pengusaha tahu), jadi ya produksi harus tetap jalan, harus kontinyu," kata Suriadi.
(Kompas.com/Aam Aminullah)