"Sehingga mosi tidak percaya yang dihasilkan di Gejayan memanggil di Bengawan melawan ataupun di daerah-daerah lainnya itu jangan dipandang sebagai hal biasa."
"Itu adalah hasil dari kegelisahan publik bahwasannya hari ini negara kita tidak baik-baik saja dan tidak dikelola dengan prinsip yang demokratis," jelasnya.
Selain itu, Fatur juga mengatakan, saat mendengar presiden menunda pengesahan RKUHP dan RUU, dirinya menganggap kata tunda itu adalah bahasa politik.
"Jadi ketika itu disampaikan tunda, apalagi kalau baca beritanya itu ditunda tiba-tiba ada statement," kata Fatur.
"Ya kan kita masih punya masa waktu paripurna sampai 30 September, padahal mahasiswa enggak ingin ditunda, mahasiswa itu pengin tolak," sambungnya.
Fatur mengatakan para mahasiswa yang menggelar aksi demo itu ingin RKUHP dan RUU dibuat ulang dengan melibatkan akademisi serta masyarakat.
"Bukan hanya tolak tuntutan kami yang sampai hari ini tadi tidak mau ditemui oleh DPR yang terhormat itu bukan hanya sekadar menunda," jelas dia.
"Tapi setelah ditunda nanti dibahas ulang dan melibatkan akademisi, melibatkan masyarakat," lanjutnya.
• Bagikan Makanan saat Mahasiswa Demo di Depan DPR, Awkarin: Saya Juga Bukan Orang Taat
Ia pun menjelaskan mengapa mahasiswa turun lagi ke jalan padahal sudah ada penundaan.
"Kami tidak ingin demokrasi atau perjalanan demokrasi kita ini menghasilkan hukum yang represif," ungkapnya.
"Apa itu hukum yang dibentuk dalam, kalo misalnya bahasa Inggrisnya itu splendid solution, jadi seharusnya dalam demokrasi itu kita menghasilkan produk hukum yang responsif," sambungnya.
Fatur menuturkan ada tiga kriteria dalam menghasilkan produk hukum yang responsif.
Tiga kriteria itu adalah partisipatif, aspiratif dan presisi.
"Nah kalau kita lihat di pasal-pasal RKUHP tentang makar tentang penghinaan presiden termasuk juga tentang living low, itu adalah pasal-pasal yang katakanlah karet," ungkap Fatur.
"Sehingga nanti bisa jadi menjadi tafsirannya itu yang berpotensi ditafsirkan oleh pemerintah sehingga mengkriminalisasi orang-orang yang katakanlah tidak suka dengan pemerintah atau berbeda pandangan."
Lihat video selengkapnay pada menit ke 10:52: