"Untuk kamar telah disediakan oleh laki-laki berwatak perempuan itu."
"Saya tidak bisa buat LP dikarenakan saya tidak jadi uang keluar karena sudah sempat ribut," lanjut L.
Setelah kejadian tersebut, L mengaku bahwa dirinya juga menyelidiki motif-motif seperti yang dialaminya.
"Kalau saya rasa komplotan mereka ini seperti sudah biasa berurusan dengan polisi."
"Karena saat kejadian kemarin mereka enggak takut saat saya hendak membuat laporan."
"Mereka ini biasanya ngumpul di Gran Central lantai V, Sriwijaya lantai III, rame mereka di situ," ungkapnya.
Motif dengan menggunakan media online sebagai wadah transaksi terbilang sangat besar perannya.
Hal tersebut juga dialami korban lainnya yang berinisial A pada Kamis (22/8/2019) lalu.
Dirinya menjadi korban setelah berkenalan dengan seorang wanita di aplikasi Michat.
"Awalnya aku kenal lewat michat."
"Dia open BO di situ."
"Jadi aku chat dia, open ga hari ini ? Kata dia , iya bang. Mau kapan bang?"
"Jadi saya bilang sekarang bisa," ucapnya.
Setelah komunikasi tersebut, A mengaku bahwa dirinya pun melakukan transaksi terkait tarif.
"Terus aku tanya harga. Dia buka Rp 600 ribu. Karena mahal sekali aku minta kurang menjadi 200. Wanita tersebut menyanggupinya," ujar A.