Karena kulit yang rapuh, anak yang mengalami EB kerap disebut kupu-kupu, yang merujuk pada rapuhnya sayap hewan cantik tersebut.
EB hanya terjadi pada 1 dari 20.000 kelahiran anak.
Gejala yang ditimbulkan bisa ringan hingga parah.
Pada kondisi parah, kesulitan akibat EB terjadi tepat setelah kelahiran bayi.
Penderita EB akan menderita sakit dan tidak nyaman karena luka yang parah.
Selain sakit, luka tersebut juga terasa gatal sehingga anak cenderung menggaruknya.
Padahal, dengan menggaruk luka tersebut akan mengakibatkan lukanya semakin parah.
Tidak hanya luar, penyakit EB juga memengaruhi kondisi dalam tubuh.
Anak dengan gangguan EB diharuskan menggunakan gastric tube sehingga bisa mengasup nutrisi dasar untuk tubuhnya.
Anak dengan EB nantinya juga menderita kurang darah dan infeksi lain, akibat tidak bisa makan dengan baik.
Penderita EB yang bertahan hingga remaja biasanya menjadi pengguna kursi roda.
Rapuhnya struktur tulang di bawah kulitnya menyebabkan mereka tidak bisa jalan. Ketika luka semakin parah, penderita EB berisiko menderita kanker kulit agresif.
(TribunWow.com)
Lihat berita lainnya di sini:
WOW TODAY: