Arief menyebutkan, sebelum pilpres, ada lembaga survei yang dikumpulkan di Istana Presiden.
Karenanya, Arief menyebutkan, pihaknya tak ingin mempercayai hasil quick count tersebut.
"Kalau sebuah lembaga survei sebelum pilpres dikumpulin di istana, whats going on? Ini mem-framing untuk kecurangan untuk menentukan hasil quick count," kata Arief.
"Karena hasil real count kami, hasil quick count kami berbeda. Artinya enggak perlu dong kami mengakui," sambung dia.
Arief menyebutkan, dalam hasil penghitungan cepat milik kubu 02, calon presiden 02, Prabowo Subiantolah yang menang.
Menanggapi itu, Yunarto lantas mencoba memberikan penjelasan.
Tak menanggapi, Arief tetap memaparkan pendapatnya.
"Tapi kalau semua lembaga survei yang mengadakan quick count dibayar dan datang ke istana, redibilitasnya dimana?" katanya belum selesai.
"Saya tantang, berani tidak buka (data) besok juga di depan masyarakat hasil angka quick count yang diklaim oleh kubu Anda?" sambung Yunarto, memberikan tantangan pada Arief dan BPN.
"Ya berani!" jawab Arief, tampak ikut menunjuk-nunjuk.
"Oke, kita buka. Masyarakat jadi saksinya," tegas Yunarto.
Cyrus Network Minta 02 Buka Data Survei
Senada dengan Chatra Politika, CEO Cyrus Network Hasan Nasbi Batupahat juga turut menantang Prabowo untuk membuka data mentah hasil exit poll dan real count yang dilakukan tim internalnya, dikutip dari Kompas.com.
"Lembaganya ada atau enggak. Kantornya ada atau enggak. SDM-nya ada atau enggak. Ada kegiatan atau enggak. Yang paling gampang adalah mengaudit seluruh kegiatan proses mereka," kata Hasan dalam keterangan tertulis, Kamis (18/4/2019).
Ia menegaskan, Cyrus Network siap untuk membuka seluruh data hitung cepat yang dilakukannya.