"Dan bagaimana yang membuat institusi yang menjamin itu, yang terbuka yang memberikan akses kepada semua untuk di layani, sehingga semua orang merasa diperlakukan secara hukum," ucapnya.
Terakhir, ia menjelaskan bahwa yang tidak kalah penting yakni soal kepemimpinan.
"Dan yang terakhir dan yang paling penting adalah yang nanti melahirkan etos dan peradapan hukum kita adalah kepemimpinan," kata Fahri.
Menurutnya, tidak boleh seorang pemimpin menyerahkan semuanya kepada orang yang di bawahnya.
Mereka secara tegas harus memastikan segala hal yang berkaitan dengan keadilan dan kesejahteraan.
"Presiden enggak boleh bilang saya sudah serahkan saya enggak mau intervensi, saya sudah serahkan, Anda bertanggungjawab untuk memastikan bahwa keadilan ada bagi semua."
"Yang tidak boleh dia menyuruh orang mengubah keputusan, tetapi memastikan bahwa sistem ini berjalan di semua lini di semua daerah, itu lah tugasnya," tegasnya.
Fahri Hamzah dan Karni Ilyas (Kolase/Kompas.com/Instagram @presidenilc)
• Jusuf Kalla Komentari soal Dukungan Alumni UI ke Jokowi, Fahri Hamzah: Ampun
Dari sana, ia lantas menyinggung soal kasus korupsi dan upaya pemberantasan korupsi yang ada di Indonesia.
"Kemudian baru kita bisa bahas isu-isu teknik Bang Karni, bagaimana memberantas korupsi," ungkapnya.
Fahri bahkan menuturkan korupsi adalah kasus yang menurutnya sederhana sehingga tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya.
"Korupsi sederhana kok, saya mohon maaf ya, kepada yang menganggap korupsi itu sulit."
"Buat saya korupsi itu sederhana maka saya pernah nantang kalau saya jadi presiden paling lama satu tahun korupsi saya hilangkan ya," terangnya.
Menurut Fahri, korupsi tidak bisa disandingkan dengan demokrasi seperti yang dianut di Indonesia.
"Ini yang namanya korupsi setahun selesai, soal gampang kok korupsi dan demokrasi itu tidak berjodoh dia, korupsi berjodoh dengan otoriterisme, itu teorinya."
"Mengapa kita pindah kepada demokrasi karena kita yakin demokarsi akan memberantas korupsi," kata Fahri.