Pilpres 2019

Percakapan BPN Prabowo Subianto yang Tak Sengaja Terdengar saat Aria Bima Banggakan Jokowi

Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suara Nasir Djamil saat berbisik terdengar

"Lain dengan yang sebelah," ujar Aria Bima.

Setelah Aria Bima menjawab pertanyaan Najwa, lalu tiba giliran BPN Prabowo untuk membanggakan jagoannya.

Lihat videonya:

Dalam acara yang sama, kedua tim sukses juga diminta untuk membahas soal Hak Asasi Manusia (HAM).

Di segmen yang membahas soal HAM, Najwa Shihab membahas soal keraguan masyarakat terkait kasus HAM masa lalu yang menyerang calon presiden nomor 02, Prabowo Subianto.

Namun, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang hadir disana menjelaskan bahwa itu hanya stigma politik saja.

Menanggapi hal tersebut, Anggota Tim Kemenangan Nasional ( TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Arsul Sani menganggap, masih terlalu dini bagi BPN untuk menyebut bahwa kasus HAM yang mencatut nama Prabowo itu adalah stigma politik.

TKN Jokowi dan Fadli Zon Saling Bantah soal Siapa yang Buat KPU Tak Fasilitasi Penyampaian Visi Misi

"Masih terlalu pagi untuk menyatakan itu stigma politik, karena belum ada penyelidikan soal pak Prabowo itu terlibat atau tidak," tegasnya.

"Tapi, jika kasus pelanggaran HAM berat, terutama kasus 1998 dibuka kembali, dan pak Prabowo yang terpilih sebagai presiden, implikasi apa yang akan dilakukan pak Prabowo?" tanyanya kemudian.

Menanggapi hal tersebut, Koordinator Jubir BPN Prabowo-Sandio, Dahnil Anzar mengibaratkan apa yang disampaikan Arsul Sani sebagai nasi basi.

"Bicara pelanggaran HAM 1998 itu bak nasi basi kemudian dipaksakan disajikan ke publik, meminta publik untuk makan nasi itu," ujarnya.

"Kemudian apa yang terjadi? Publik muak. Publik bosan. Karena itu nasi basi," imbuh Dahnil.

Sorakan dan tepuk tangan pun terdengar dari studio.

Andi Arief Ancam Menggeruduk, Jubir TKN Jokowi: Datang Saja ke Rumah, Nanti Saya Kasih Kopi

"Pernyataan ini menyinggung teman-teman masyarakat sipil loh!" kata Arsul Sani.

Dahnil pun menjelaskan, yang dimaksudnya adalah publik merasa muak karena kasus tersebut terus dipolitisasi.

Halaman
123