Kabar Tokoh

Dedek Prayudi Singgung soal Mangkir dari Panggilan Polisi: Proses Hukum adalah soal Pembuktian

Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dedek Prayudi

TRIBUNWOW.COM - Jubir Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedek Prayudi, menyatakan kekhawatirannya jika ada seseorang yang mangkir dari proses hukum karena merasa tidak bersalah.

Dilansir TribunWow.com, hal tersebut tampak pada laman Twitter Dedek Prayudi, @Uki23, Sabtu (6/10/2018).

Dalam kicauannya itu, Dedek menyebutkan, sebuah proses hukum tidak langsung memberikan hukuman kepada seseorang.

Menurutnya, proses hukum menyediakan ruang untuk seseorang melakukan pembelaan.

Lebih lanjut, Dedek menyatakan khawatir jika ada seseorang yang mangkir dari proses hukum karena merasa tidak bersalah.

Video Kericuhan Suporter Arema FC yang Tiba-tiba Masuk Lapangan dan Tantang Kiper Persebaya Surabaya

"Proses hukum menyediakan ruang untuk pembelaan.

Proses hukum tidak serta merta menghukum.

Proses hukum adalah soal pembuktian.

Kalau mangkir karena tidak merasa salah, saya khawatir nanti koruptor dan bandar narkoba juga mangkir dengan alasan yang sama," tulis Dedek Prayudi.

Kicauan Dedek Prayudi, Sabtu (6/10/2018). (Twitter @Uki23)

Tim Jokowi Minta Lawannya Tak Pakai Isu Ekonomi, Kubu Prabowo Protes hingga akan Bahas Sneakers

Sementara itu, diberitakan Tribunnews.com, Dedek Prayudi memberikan tanggapan atas mangkirnya Ketua Dewan Kehormatan PAN, Amien Rais, dari panggilan kepolisian.

Menurutnya, apa yang dilakukan Amien Rais merupakan contoh buruk dari senior kepada para pemuda.

Diketahui, Amien Rais tidak hadir ketika dipanggil sebagai saksi oleh Polda Metro Jaya, terkait dengan kasus penyebaran berita bohong Ratna Sarumpaet.

"Kami menilai mangkirnya mantan Ketua Umum PAN, Amien Rais, dari panggilan Polri sebagai saksi dalam kasus penyebaran berita bohong Ratna Sarumpaet adalah sebuah contoh buruk dari seorang senior kepada kami pemuda dalam upaya penegakan hukum," ujar Dedek, dalam keterangannya, Sabtu (6/10/2018).

Bagi Dedek, politik di Indonesia harus mengedepankan kejujuran dalam berpolitik.

Menurutnya, membenarkan dan bahkan menyebarkan kebohongan, kebencian, fitnah, itu akan langsung berdampak pada perilaku masyarakat.

Halaman
12