TRIBUNWOW.COM - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Andi Arief berbicara mengenai logika formal dan dialektis terkait Pemilihan Presiden (Pilpres).
Dilansir TribunWow.com dari akun Twitter @AndiArief_ kicauan tersebut diunggah pada Selasa (17/7/2018).
Andi Arief awalnya menyinggung soal sosok Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017.
Menurutnya, dalam politik, dialektika terjadi karena hubungan antara pengelihatan, rekam jejak, momentum, dan gerak. Ada dialektika maka ada realitas.
Ia mengatakan jika AHY merupakan realitas yang masuk dalam level elektabilitas, sehingga wajar apabila saat ini ia diperhitungkan sebagai cawapres.
Andi Arief lantas menyebutkan jika alasan Demokrat tidak pernah kalah dalam Pilpres adalah karena menganggap jika bukan ide yang menentukan materi, tapi sebaliknya.
• Prabowo Subianto Bertemu PBNU, Suryo Prabowo: Jangan Sampai Masuk Jebakan Batman
"Ada logika formal ada dialektis.
Pendidikan Indonesia didominasi yang pertama.
Contoh logika formal: Gubernur aja kalah apalagi Capres, belum jadi Dandim sudah mau capres.
Kata Pram logika formal karena gak baca filsafat.
Resistensi jika direpresi bagi yang melihat dengan logka formal akan menyimpulkan bahwa kiamat buat resistensi.
Logika dialektis tidak demikian, represi bisa menghasilkan resistensi lebih besar.
AHY belum dandim dan kalah pilkada Jakarta,
Tapi hampir 1 juta orang sudah nyatakan dia peminpin pada pilkada karena figur dan latar belakang karier, pendidikan dan keluarga.
Setelah itu ia keliling Indonesia setelah jutaan rakyat menyaksikan ksatria dan perjuangannya di Jakarta.