TRIBUNWOW.COM - Angota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Yahya Cholil Staquf menjadi pembicara dalam acara American Jewish Comttee (AJC) Global Forum di Israel pada Minggu (10/6/2018).
Dalam acara tersebut, tertulis "Yahya Cholil Staquf (Pak Yahya) General Secretary of Nahdlatul Ulama (NU) Supreme Council", yang artinya Yahya berbicara sebagai tokoh agama, buka Wantimpres.
Dilansir TribunWow.com, pihak AJC Global telah menayangkan video obrolannya dengan Yahya melalui saluran YouTube mereka pada Minggu (10/6/2018).
Dalam video tersebut, Yahya tampak membahas mengenai Gus Dur, Islam dan Yahudi, dan sama sekali tak menyinggung soal Palestina seperti yang dinantikan banyak pihak.
Oleh karena itu, apa yang disampaikan oleh Yahya akhirnya menuai kontroversi dan kekecewaan dari berbagai pihak, termasuk para tokoh di Indonesia, Hamas, hingga aktivis kemanusiaan di Gaza.
• Sindir Yahya Cholil Staquf, Fadli Zon: Cuma Ngomong Begitu Doang ke Israel, Memalukan Indonesia
Awalnya, pemandu acara menanyakan bagaimana perasaannya datang ke acara tersebut, setelah apa yang dilakukan oleh Presiden Aburrahman Wahid 16 tahun silam.
Yahya pun mengaku apabila dirinya dan rekan-rekannya hanya sebatas melanjutkan apa yang dilakukan oleh Gus Dur.
Pembawa acara kemudian menyebut jika kehadiran Yahya memiliki signifikansi tersendiri di mata dunia.
Yahya mengatakan apabila idealisme dan visi yang dimiliki oleh Gus Dur adalah keberlangsungan umat manusia dalam jangka panjang.
Ia mengaku jika dirinya merasa beruntung, berkat Gus Dur, pihaknya telah mencapai titik tertentu di mana dirinya bisa melihat arah yang lebih jelas.
Setelah itu, Yahya membahas mengenai hubungan antara Islam dan Yahudi.
"Hubungan antara Islam dan Yahudi adalah hubungan yang fluktuatif.
Terkadang baik, terkadang konflik.
Hal ini tergantung pada dinamika sejarah yang terjadi.
Tapi secara umum kita harus mengakui bahwa ada masalah dalam hubungan dua agama ini.
Dan salah satu sumber masalahnya terletak pada ajaran agama itu sendiri.
Dalam konteks realitas saat ini, kaum beragama baik Islam maupun Yahudi perlu menemukan cara baru untuk pertama-tama memfungsikan agama dalam kehidupan nyata.
Dan kedua menemukan interpretasi moral baru yang mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan agama-agama lain," kata Yahya.