Hal tersebut memicu berbagai kecaman Internasional.
Diberitakan sebelumnya, Korea Utara mengatakan pada 29 November lalu, bahwa pihaknya telah berhasil melakukan rudal balistik antarbenua baru (ICBM) yang mampu mencapai daratan AS.
Televisi pemerintah Korea Utara KCNA mengatakan bahwa rudal tersebut adalah 'ICBM paling kuat' yang harus diuji oleh negara tersebut.
Itu adalah uji coba ketiga ICBM oleh Korea Utara tahun ini.
Baca berita ini: Sidak, Pilot Citilink di Bandara Hang Nadim Diduga Konsumsi Narkoba, Beralasan karena Hal Ini
Baik Rusia dan China mendukung sanksi baru tersebut.
Sebelumnya mereka sempat khawatir bahwa resolusi tersebut tidak cukup untuk menghadapi ketegangan di Semenanjung Korea.
"Ada perdebatan dan pertengkaran di masa lalu tentang kedua negara ini, mereka lebih memilih untuk fokus pada jalur diplomatik dan tidak ingin memberikan lebih banyak sanksi sampai Korea Utara terus bergeming," kata responden Aljazeera.
Baca: Wajib Tahu! Begini Cara Kenali STNK dan BPKB Palsu hingga Modus Pedagang Mobil Ber-STNK Tiruan
AS sendiri mengatakan bahwa tidak ada pembicaraan diplomatik yang dapat dilakukan untuk mengehentikan program nuklir Korut.
Selain memberi usulan sanksi kepada Korut, AS juga menolak untuk menghentikan latihan bersama dengan Korea Selatan, yang oleh Korea Utara disebut 'latihan untuk invasi'.
Baca ini: Anggota Keluarga Setnov Bungkam Usai Diperiksa KPK hingga Senangnya Setya Novanto Ketemu Anak
Resolusi pada hari Jumat tersebut berisi komitmen untuk memulai kembali perundingan enam negara, dan membuka kemungkinan untuk negosiasi diplomatik.
Perundingan enam negara tersebut merupakan upaya diplomatik, yang bertujuan untuk menemukan solusi damai terkait masalah keamanan di Semenanjung Korea.
Perundingan tersebut melibatkan Korea Utara, Korea Selatan dan Amerika Serikat, China, Jepang dan Rusia.
Perundingan enam negara terakhir diadakan pada tahun 2009 silam. (*)
Baca juga: Amerika Serikat Kirim Surat Balasan, Ketum MUI Maaruf Amin: Aksi Bela Palestina di Monas Efektif