Selama tiga tahun bertugas di Pengadilan Tipikor Jakarta, dia merasa jarang bisa bertemu dengan keluarga.
Hanya satu bulan sekali setidaknya dia pulang ke Semarang, Jawa Tengah bertemu istri dan dua anaknya.
Dirinya berharap dapat bertemu lebih sering keluarganya ketika sudah menjadi hakim tinggi.
Terlebih, kelakar dia, menjadi hakim pengadilan tinggi, tidak akan serumit di pengadilan negeri dan tipikor.
"Saya mau siapin balsem saja yang banyak. Jadi hakim tinggi kan enggak terlalu rumit seperti pengadilan negeri. He-he-he," tawa seraknya terdengar.
Dia mengaku sudah enam tahun menjadi hakim tipikor, kasus E-KTP lah yang dinilai menyita perhatian publik.
Pria berusia 57 tahun itu mengatakan harus ada generasi penerus yang mau dan layak memimpin sidang kasus korupsi.
Beruntung, kata dia, anak lelakinya, lolos menjadi calon hakim. Padahal, John sempat terus bertanya mengenai segala hal yang kemungkinan terjadi.
"Anak saya bilang siap dengan konsekuensinya, ya sudah. Padahal dia sudah bekerja di PLN enam bulan. Ya bersyukur ada penerus," tukasnya seraya tersenyum.
Usai berbicara ringan, Hakim John memesan taksi di depan pengadilan.
Dia berharap di kemudian hari dapat bertemu kembali.
"Baik semuanya, saya pamit. Semoga kita bisa bertemu lagi," ucap John meninggalkan pengadilan.
Berita ini telah tayang di Tribunnews.com berjudul Begini Gaya Pamitan Hakim Ketua di Kasus Korupsi e-KTP Kepada Wartawan