Nengah Winih yang juga pembuat inka mengungkapkan, meningkatnya harga bahan baku terjadi lantaran banyak warga pengungsi yang beralih pekerjaan dengan membuat inka.
Ia menambahkan, harga bahan baku juga cenderung bervariasi.
Mulai dari Rp 3500, hingga Rp 5 ribu. Tergantung dari tempat pengambilan.
Untuk pemasarannya, Nengah Winih mengaku menjual inka di areal pengungsian lingkungan pendidikan Kubu.
Namun, ia lebih memilih untuk menjual inka per ikat, di mana dalam satu ikat berisi 50 inka.
Dibanding perbiji yang hanya diharga Rp 4 ribu.
"Tadi ada bu dosen dari IHDN yang beli satu ikat. Lumayan untuk tambahan modal," tandasnya.
(*)